Hari ini, mungkin hari pertamaku sekolah di Jakarta setelah perpindahanku dari Bandung. Meski aku sebenarnya tak berniat untuk pindah sekolah, namun semua ini terpaksa karena urusan kerja OrangTuaku. Ya.. mungkin aku tak mungkin tinggal di Bandung untuk sendirian.
Waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 pagi, dengan semangat 45 ku aku berangkat sekolah, meski tak tahu apa yang akan terjadi di sekolah baruku ini. Sekolah yang sudah terkenal dengan gemilang prestasi dan kedispilinannya yang begitu ketat. Namun, aku ragu dengan diriku sendiri karena aku termasuk kategori orang yang bisa disebut orang yang lumayan males dan pelay.
“Sayang, ayo turun dan segera berangkat ke sekolah” Ucap mama sembari menyiapkan sarapan pagi
“Iya ma..” segera aku turun ke lantai bawah
“Iya ma..” segera aku turun ke lantai bawah
Akhirnya aku turun dengan tergesa gesa karena aku lupa ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 06.45, sedangkan peraturan disana harus sudah ada 10 menit sebelum bel masuk, meskipun begitu aku sudah berfikir bahwa aku akan terlambat datang ke sekolah karena memang kota metropolitan ini begitu macet sehingga jarak yang dapat menempuh 10 menit bisa sampai setengah jam atau nggak 1 jam.
“Sayang, sarapan dulu ayo..” Ucap mamaku yang memang sedang sarapan pagi waktu itu
“Nanti aja ma di sekolah.. sudah siang nih.. nanti kesiangan lagi, kan ini hari pertama aku sekolah di Jakarta ma..” Ucapku sambil bersalaman kepada kedua orangtuaku
“Nanti aja ma di sekolah.. sudah siang nih.. nanti kesiangan lagi, kan ini hari pertama aku sekolah di Jakarta ma..” Ucapku sambil bersalaman kepada kedua orangtuaku
Setelah sampai di depan gerbang sekolah, memang gerbang sekolah sebentar lagi akan segera ditutup. Namun, aku kena omelan penjaga sekolah karena mungkin hanya telat 5 menit saja
“Huh, ketat banget sih padahal cuman 5 menit aja telatnya” Ucapku dalam hati
“Huh, ketat banget sih padahal cuman 5 menit aja telatnya” Ucapku dalam hati
Saat berjalan di koridor sekolah, karena saking dag dig dug takut kena omel lagi karena telat 5 menit. Tanpa di sengaja aku menabrak seorang cowok yang tinggi, putih dan juga lumayan. Aku anggap dia cowok yang baik baik. Namun, dugaan aku salah ternyata cowok yang di kira baik ternyata galaknya lebih dari guru di sekolah SMA ku dulu di Bandung
“Hei, kalau jalan lihat lihat dong! Mata di simpennya di depan bukan di belakang!” Ucap cowok dengan wajah garangnya
“Ya.. ya aku akui aku salah, aku minta maaf!” Ucapku sambil melangkah cepat ke kelas baruku yaitu IPA-1
“Ga sopan banget tuh cewek Belum aja gue jawab udah selonong kayak gitu!” Ucap dia dalam hati dengan perasaan yang sangat begitu kesal akan tingkahku
“Hei, kalau jalan lihat lihat dong! Mata di simpennya di depan bukan di belakang!” Ucap cowok dengan wajah garangnya
“Ya.. ya aku akui aku salah, aku minta maaf!” Ucapku sambil melangkah cepat ke kelas baruku yaitu IPA-1
“Ga sopan banget tuh cewek Belum aja gue jawab udah selonong kayak gitu!” Ucap dia dalam hati dengan perasaan yang sangat begitu kesal akan tingkahku
Saatku masuk ke dalam kelas, ternyata suasana kelas beda jauh dengan di sekolahku dulu. Disini ya lumayan beda. Karena mungkin sekolah yang sangat disiplin sehingga murid pun pada disiplin, tak ada satupun murid yang berisik dan teriak teriak gak jelas seperti di sekolahku dulu
Masuk salah satu guru pelajaran, yang kebetulan ternyata sekarang pelajaran Matematika. Pelajaran yang amat sangat begitu sulit bagiku, karena dari SD pun nilai Matematika ku begitu sangat tidak memuasakan dan aku adalah murid yang langganan banget buat remedial.
“Kenapa sih baru aja masuk udah di kasih pelajaran kayak gini?!” Ucapku dalam hati. Meskipun aku berfikir tak mau pelajaran yang satu ini. Namun takdir sudah mempersatukan antara aku dan matematika.
“Kenapa sih baru aja masuk udah di kasih pelajaran kayak gini?!” Ucapku dalam hati. Meskipun aku berfikir tak mau pelajaran yang satu ini. Namun takdir sudah mempersatukan antara aku dan matematika.
“Hei kamu, kamu murid baru?” Ucap guru sembari membangunkanku dalam lamunan tentang pelajaran yang satu ini
“Iya pak, saya murid baru di sekolah ini” Ucapku meskipun lumayan kaget saat guru bidang studi itu membangunkanku dari lamunanku
“Silahkan perkenalkan diri di depan kelas!” Ucap bapak guru matematika tersebut
“Iya pak, saya murid baru di sekolah ini” Ucapku meskipun lumayan kaget saat guru bidang studi itu membangunkanku dari lamunanku
“Silahkan perkenalkan diri di depan kelas!” Ucap bapak guru matematika tersebut
Aku pun, ke depan kelas. Semua murid benar benar memperhatikanku dengan tatapan yang serius. Bukan aku tambah percaya diri dengan tatapan mereka, namun aku tambah gugup memperkenalkan diriku. Karena dari dulu memang aku orangnya susah buat percaya diri dan susah untuk berani maju ke depan kelas. Dengan beribu-ribu keberanian. Aku pun mempekenalkan namaku dan asal sekolahku
“Assalamu’alaikum.. Nama saya Anisa Berlianda Khansa Putri Shafira, saya sekolah berasal dari Bandung. Terima kasih”
“Nama panggilannya apa? Namanya panjang amat tuhh!” Ucap salah satu murid yang melihatku dari tadi
“Sa.. saya sering di panggil Chacha atau singkatnya Icha” Ucapku sembari sedikit gugup
“Oh iya, silahkan duduk kembali!” Ucap guru bidang matematika itu
“Assalamu’alaikum.. Nama saya Anisa Berlianda Khansa Putri Shafira, saya sekolah berasal dari Bandung. Terima kasih”
“Nama panggilannya apa? Namanya panjang amat tuhh!” Ucap salah satu murid yang melihatku dari tadi
“Sa.. saya sering di panggil Chacha atau singkatnya Icha” Ucapku sembari sedikit gugup
“Oh iya, silahkan duduk kembali!” Ucap guru bidang matematika itu
Aku pun pergi untuk duduk, namun sangat sangat begitu aneh. Mereka melihatku dengan tatapan yang aneh. “Kenapa?” Tanyaku, namun mereka malah diam dan langsung menghadap ke depan kelas. “Aneh banget sih!” Ucapku dalam hati
Setelah 2 jam pelajaran, bel istirahat pertama di bunyikan, aku pun keluar kelas dan mengikuti yang lainnya pergi ke kantin sekolah. Namun, tiba tiba seseorang memanggilku dengan sebutan “Cewek Belagu!” Kata kata itu memberhentikan langkahku tanpa melirik kepada orang yang menyebutku seperti itu. Dan, akhirnya dia menemuiku dengan wajah yang seperti amat membenciku. Ternyata dia orang yang tadi yang gak sengaja aku tabrak
“Heh loe! Iya loe yang tadi nabrak gue!” Ucapnya dengan nada tinggi
Aku hanya diam tak memperdulikan omongannya
“Eh loe, ternyata selain loe belagu loe juga gak bisa ngomong rupanya! Dasar cewek macam apa kamu! Kampungan!” Ucap dia sembari melihatku dengan tatapan benci
“Eh ya, aku udah minta maaf sama kamu! Apalagi sih?! Mau kamu apa hah?!” Meskipun aku marah, namun aku tak dapat mengucapkan kata (Loe, gue, atau apalah) kata-kata yang dia ucapkan
“Eh ya gue kan belum jawab gue maafin loe apa nggaknya!” Ucap dia membentakku
“Terserah lah! Mau maafin atau gak. Gak peduli juga, toh aku udah minta maaf sama kamu!” Ucapku tanpa melirik dia
“Eh ya, gak segampang itu loe dapat maaf dari gue! Traktir gue!” Ucap dia sambil menatap ke langit-langit atap koridor sekolah
“Eh ya, memangnya aku siapa kamu hah?! Kenal aja gak, minta traktir segala! Minta tuh sama Mbok mu!” Aku pun pergi tanpa mempedulikan lagi dia bicara apa
“Heh loe! Iya loe yang tadi nabrak gue!” Ucapnya dengan nada tinggi
Aku hanya diam tak memperdulikan omongannya
“Eh loe, ternyata selain loe belagu loe juga gak bisa ngomong rupanya! Dasar cewek macam apa kamu! Kampungan!” Ucap dia sembari melihatku dengan tatapan benci
“Eh ya, aku udah minta maaf sama kamu! Apalagi sih?! Mau kamu apa hah?!” Meskipun aku marah, namun aku tak dapat mengucapkan kata (Loe, gue, atau apalah) kata-kata yang dia ucapkan
“Eh ya gue kan belum jawab gue maafin loe apa nggaknya!” Ucap dia membentakku
“Terserah lah! Mau maafin atau gak. Gak peduli juga, toh aku udah minta maaf sama kamu!” Ucapku tanpa melirik dia
“Eh ya, gak segampang itu loe dapat maaf dari gue! Traktir gue!” Ucap dia sambil menatap ke langit-langit atap koridor sekolah
“Eh ya, memangnya aku siapa kamu hah?! Kenal aja gak, minta traktir segala! Minta tuh sama Mbok mu!” Aku pun pergi tanpa mempedulikan lagi dia bicara apa
Setibanya di kantin, aku memesan 1 mangkuk mie bakso dan teh botol. Dan duduk di dekat jendela sehingga dapat melihat sekolah rumput hijau di luar sana. Sambil ku berfikir, siapa sih pemilik sekolah ini? Banyak banget uangnya buat sekolah semegah dan semewah ini.
“Heh Neng! Jangan ngelamun kaya gitu toh, mikirin apa neng?” Ucap si bibi sembari membangunkanku dan mengantarkan pesanan makanan dan minumanku
“Gak papa kok bi”
“Heh Neng! Jangan ngelamun kaya gitu toh, mikirin apa neng?” Ucap si bibi sembari membangunkanku dan mengantarkan pesanan makanan dan minumanku
“Gak papa kok bi”
Aku pun menyantap bakso tersebut karena bakso adalah makanan favoritku. Tak lama kemudian teneng.. teneng.. bel masuk sudah di bunyikan aku pun melangkah ke dalam kelas. Setelah di dalam kelas, ternyata guru pelajaran pun tidak masuk karena izin ke luar kota. Akhirnya aku pun hanya membaca buku novel yang aku bawa dari rumah. Saat ku lirik sana-sini. Ternyata, banyak cewek-cewek yang bawa kosmetik, berdandan dan bergossip mengenai pacarnya masing-masing. Saat mereka bercakap dan membahas tentang Cinta. Aku pun langsung tersadar, bahwa aku belum pernah merasakan apa itu cinta. Karena aku belum tertarik tentang dunia percintaan. Namun sekarang, setelah aku berfirikir kembali. Ternyata, aku lumayan tertarik tentang dunia percintaan. Dimana saat seseorang dapat mencintai dan dicintai. Tapi, aku berfikir siapa sih yang dapat mencintai cewek kayak aku ini?” Sejenak ku berfikir seperti itu, karena aku begitu lumayan tak percaya bahwa akan ada seseorang yang dapat tertarik kepadaku. Apalagi cowok yang tadi? Ih amit-amit!” Ucapku dan tak tahu mengapa jadi ingat terhadap cowok tersebut.
Ingin sekali aku pergi keluar sana, karena begitu membosankan di dalam kelas, karena tak ada teman di dalam kelasnya untuk di ajak berkomunikasi. “Ya Tuhan, kenapa ya? Dari dulu sampai sekarang susah sekali dapat teman?” Berbicaraku dalam hati karena mungkin aku memang bingung akan dunia pertemananku ini
Tak lama kemudian, bel pulang di bunyikan. Aku pun membereskan buku-buku dan beranjak untuk pulang. Namun, supirku ternyata tak menjemputku. Aku kebingungan sendiri, aku gak tau jalan rumahku. Karena memang saat aku berangkat sekolah, aku gak memperhatikan jalan ke sekolah. Namun, hanya saja aku ingat pokoknya rumahku tak jauh dari Bundaran HI, mungkin 4 sampai 6 menit kalau itu pun tidak terjadinya macet.
Aku menunggu hampir 20 menit, namun tak ada ciri-ciri supirku datang. Dan akhirnya aku hanya dapat berdiam diri saja dan dengan wajah kebingungan. Namun, ada sekitar 8 cowok datang ke parkiran dan begitu kaget. Ternyata ada cowok nyebelin itu yang sudah maki-makiku tadi.
“Hei lihat tuh ada cewek! Lagi apa ya? Lagi mangkal om-om ya!” Sindir cowok tersebut sambil tertawa
“Maksudmu siapa? Aku? Inget ya, segimanapun dan sebagaimanapun aku masih punya harga-diri! Jaga omonganmu! Jangan mentang mentang kamu anak orang kaya, kamu seenaknya ngerendahin orang! INGAT!” Ucapku kesal, karena omongan dia begitu merendahkanku.
“Memang kamu ngerasa gitu?” Tanya si cowok sambil dengan senyum kebencian dan tertawa bersama anak-anak lainnya
“Kamu nunggu siapa?” Tiba-tiba suara seseorang yang bertanya kepadaku.
“A.. aku nunggu supirku, namun belum juga datang” Tanyaku
“Apa kamu tidak bisa pulang sendiri?” Tanyanya
“Aku gak tau jalan, karena aku pindahan” Ucapku, aku fikir dia cowok yang lembut dan baik, nggak kayak cowok tadi yang udah ngerendahin harga diriku. Dan dia juga gak kalah tinggi, putih, dan gantengnya dari si cowok nyebelin itu, tapi dia punya pribadi yang beda. Dia begitu lembut dan baik.
“Pindahan darimana? Bandung? Ya udah, aku anterin ya” Ucapnya ramah namun aku hanya dapat berdiam tidak percaya. Ternyata ada cowok yang baik dan selembut dia.
“Ta.. tapi kan..” Ucapku terbata-bata
“Tapi apa? Ayo… Aku gak akan minta bayaran apapun kok sama kamu tenang aja, Tapi kamu tau nama daerah tempatnya kan?” Ucapnya, aku pun hanya mengangguk
Aku pun ikut bersama dia, dan juga berfikir “Daripada nanti gak pulang ya mendingan ikut aja” Ucapku dalam hati.
“Hei lihat tuh ada cewek! Lagi apa ya? Lagi mangkal om-om ya!” Sindir cowok tersebut sambil tertawa
“Maksudmu siapa? Aku? Inget ya, segimanapun dan sebagaimanapun aku masih punya harga-diri! Jaga omonganmu! Jangan mentang mentang kamu anak orang kaya, kamu seenaknya ngerendahin orang! INGAT!” Ucapku kesal, karena omongan dia begitu merendahkanku.
“Memang kamu ngerasa gitu?” Tanya si cowok sambil dengan senyum kebencian dan tertawa bersama anak-anak lainnya
“Kamu nunggu siapa?” Tiba-tiba suara seseorang yang bertanya kepadaku.
“A.. aku nunggu supirku, namun belum juga datang” Tanyaku
“Apa kamu tidak bisa pulang sendiri?” Tanyanya
“Aku gak tau jalan, karena aku pindahan” Ucapku, aku fikir dia cowok yang lembut dan baik, nggak kayak cowok tadi yang udah ngerendahin harga diriku. Dan dia juga gak kalah tinggi, putih, dan gantengnya dari si cowok nyebelin itu, tapi dia punya pribadi yang beda. Dia begitu lembut dan baik.
“Pindahan darimana? Bandung? Ya udah, aku anterin ya” Ucapnya ramah namun aku hanya dapat berdiam tidak percaya. Ternyata ada cowok yang baik dan selembut dia.
“Ta.. tapi kan..” Ucapku terbata-bata
“Tapi apa? Ayo… Aku gak akan minta bayaran apapun kok sama kamu tenang aja, Tapi kamu tau nama daerah tempatnya kan?” Ucapnya, aku pun hanya mengangguk
Aku pun ikut bersama dia, dan juga berfikir “Daripada nanti gak pulang ya mendingan ikut aja” Ucapku dalam hati.
Sesaimpainya di depan rumah “Thanks ya, apa mau mampir dulu?” Tanyaku
“Ok Urwell, em gak deh kapan-kapan aja ya, Btw nama kamu siapa? Aku Ivan” Ucapnya begitu lembut
“Namaku Chacha, Ya udah, aku masuk dulu ya bye”
“Iya, Salam kenal ya Cha!” Ucap dia dan mobilnya langsung pergi menghilang di depan rumah ku
Namun, tak tahu kenapa aku mendadak jadi aneh gini. “Ivan” tiba-tiba aku jadi ingat nama itu, andai aja si cowok nyebelin itu kaya Ivan pasti keren tuh!” Ucapku
“Ok Urwell, em gak deh kapan-kapan aja ya, Btw nama kamu siapa? Aku Ivan” Ucapnya begitu lembut
“Namaku Chacha, Ya udah, aku masuk dulu ya bye”
“Iya, Salam kenal ya Cha!” Ucap dia dan mobilnya langsung pergi menghilang di depan rumah ku
Namun, tak tahu kenapa aku mendadak jadi aneh gini. “Ivan” tiba-tiba aku jadi ingat nama itu, andai aja si cowok nyebelin itu kaya Ivan pasti keren tuh!” Ucapku
Keesokannya, aku berangkat lebih pagi. Karena aku tak ingin kena omel penjaga-sekolah lagi. Mungkin pukul 06.20 pagi, aku sudah berangkat ke sekolah. Aku begitu bersemangat, tak tahu apa penyebab aku menjadi semangat seperti ini. Apa karena cinta? Ah.. gak mungkin deh, Fikirku yang tiba-tiba ngawur tak tahu kemana. Aku pun masuk ke dalam mobil, dan akhirnya aku pun caw sekolah
Sesampai di sekolah, semua orang menatapku. Aku pun heran dengan tatapan mereka yang aneh. “Ya Tuhan, ada apa ya? Semoga tak terjadi apa-apa” Pintaku
Aku pun masuk kelas, dan teman sekelas pun menatap ku dengan tatapan aneh.
“Cha” Ucap seorang gadis
“Ya?”
Namun gadis tersebut malah menjadi diam mematung, aku lebih sangat ketakutan melihatnya. “Aku mau pulang aja deh, aneh banget mereka. Kemaren kan gak kayak gini, kenapa ya?” Ucapku dalam hati dan merasa kebingungan dan ketakutan
Karena masih ada waktu 20 menit lagi, aku lebih baik ke taman sekolah. Namun ternyata ada cowok yang nemui aku dan ternyata dia adalah orang yang sudah nganterin aku pulang kemarin
“Cha? Gak ke kelas? Kamu kenapa?” Tanya dia
“Eh, kamu Van.. Aku bingung Van, sama sikap anak-anak sekolah disini. Kenapa mereka jadi mendadak aneh kaya gini ya?” Ucapku
“Aneh gimana Cha?” Tanyanya
“Ya aneh aja, mereka malah melohok saat lihat aku. Apa aku menakutkan ya?”
Namun, dia malah ketawa saat aku bicara kaya gitu
“Iya mungkin, kamu orangnya nakutin haha” Ucapnya sambil tertawa kecil
“Ih, Van kamu malah bercanda ah”
Disana aku malah bercanda dengan Ivan, tak tahu kenapa dan mengapa. Dia begitu beda dari anak-anak lainnya. Apa lagi sama si cowok nyebelin itu! Beda Jauh Banget!
Aku pun masuk kelas, dan teman sekelas pun menatap ku dengan tatapan aneh.
“Cha” Ucap seorang gadis
“Ya?”
Namun gadis tersebut malah menjadi diam mematung, aku lebih sangat ketakutan melihatnya. “Aku mau pulang aja deh, aneh banget mereka. Kemaren kan gak kayak gini, kenapa ya?” Ucapku dalam hati dan merasa kebingungan dan ketakutan
Karena masih ada waktu 20 menit lagi, aku lebih baik ke taman sekolah. Namun ternyata ada cowok yang nemui aku dan ternyata dia adalah orang yang sudah nganterin aku pulang kemarin
“Cha? Gak ke kelas? Kamu kenapa?” Tanya dia
“Eh, kamu Van.. Aku bingung Van, sama sikap anak-anak sekolah disini. Kenapa mereka jadi mendadak aneh kaya gini ya?” Ucapku
“Aneh gimana Cha?” Tanyanya
“Ya aneh aja, mereka malah melohok saat lihat aku. Apa aku menakutkan ya?”
Namun, dia malah ketawa saat aku bicara kaya gitu
“Iya mungkin, kamu orangnya nakutin haha” Ucapnya sambil tertawa kecil
“Ih, Van kamu malah bercanda ah”
Disana aku malah bercanda dengan Ivan, tak tahu kenapa dan mengapa. Dia begitu beda dari anak-anak lainnya. Apa lagi sama si cowok nyebelin itu! Beda Jauh Banget!
Namun, disana datang 7 anak laki-laki nemui aku dan Ivan. Aku hanya heran, kenapa mereka datang nemui kami?
“Hei loe, ngapain loe sama sahabat gue hah?!” Ucap si cowok sambil menarik ku
“Sahabat kamu? Aku gak tahu!” Ucapku, dan aku gak nyangka ternyata dia si cowok nyebelin yang selalu aja bentak-bentak aku tiba-tiba tanpa asal usul nya
“Bilang aja, loe mau goda sahabat gue kan?! Dasar cewek gak tahu diri! Murahan!” Ucapnya sembari mendorong tubuhku. Aku fikir kata-katanya beda dengan kata-kata biasanya. Meski sering marah-marah dan bentak-bentak aku Tapi sekarang kata-katanya lebih menyakitkan dari kata-kata yang pernah diucapkannya.
“Aku masih punya harga diri! Aku gak pernah ada niat untuk ngegoda sahabat kamu!” Ucapku dan aku pergi melangkah ke dalam kelas.
“Hei loe, ngapain loe sama sahabat gue hah?!” Ucap si cowok sambil menarik ku
“Sahabat kamu? Aku gak tahu!” Ucapku, dan aku gak nyangka ternyata dia si cowok nyebelin yang selalu aja bentak-bentak aku tiba-tiba tanpa asal usul nya
“Bilang aja, loe mau goda sahabat gue kan?! Dasar cewek gak tahu diri! Murahan!” Ucapnya sembari mendorong tubuhku. Aku fikir kata-katanya beda dengan kata-kata biasanya. Meski sering marah-marah dan bentak-bentak aku Tapi sekarang kata-katanya lebih menyakitkan dari kata-kata yang pernah diucapkannya.
“Aku masih punya harga diri! Aku gak pernah ada niat untuk ngegoda sahabat kamu!” Ucapku dan aku pergi melangkah ke dalam kelas.
Aku pun masuk kelas dan tak lama, datanglah guru mata pelajaran dan kemudian belajar. Dalam proses belajar, aku sepertinya tidak dapat mengikuti pelajaran nya dengan baik. Aku tidak dapat konsen, aku teringat hal yang terjadi waktu tadi.
“Chacha” Ucap Ibu Tika, yang mungkin dari tadi lihat aku yang tak memperhatikan penerangannya
“I.. Iya Bu ?” Aku pun setengah kaget, yang mungkin dari tadi dia tahu aku tidak memperhatikan nya
“Kamu kenapa? Ibu lihat, kamu dari tadi tidak memperhatikan ibu nerangin ya?” Ucapnya
“Ma.. Maaf Bu” Ucapku
“Iya-Iya” Dan akhirnya pelajaran dilanjutkan
“Chacha” Ucap Ibu Tika, yang mungkin dari tadi lihat aku yang tak memperhatikan penerangannya
“I.. Iya Bu ?” Aku pun setengah kaget, yang mungkin dari tadi dia tahu aku tidak memperhatikan nya
“Kamu kenapa? Ibu lihat, kamu dari tadi tidak memperhatikan ibu nerangin ya?” Ucapnya
“Ma.. Maaf Bu” Ucapku
“Iya-Iya” Dan akhirnya pelajaran dilanjutkan
Teneng.. Teneng.. Bel istirahat pun berbunyi, dan aku lebih baik pergi ke taman sekolah. Aku terbayang-terbayang terus masalah tadi, apalagi saat cowok yang gak punya hati itu mengucapkan kata yang merendahkan ku “Murahan!” Mengingat kata itu, aku selalu aja ingin nangis. Tiba-tiba “Cha! Maafin temen aku ya, aku gak nyangka dia bakalan kayak gitu” Tiba-tiba Ivan datang, dan dia langsung minta maaf. Namun, aku tidak meresponnya. Aku lebih baik pergi daripada nanti datang cowok gak punya hati itu.
“Cha.. Cha.. Tunggu!” Dia malah mengejarku, dan aku pun lari menuju kelas. Namun, dia terlebih dahulu memegang tanganku. Langkahku terhenti. “Cha, kamu marah sama aku? Okey, aku minta maaf sama kamu” Ucapnya, tanpa melepaskan tanganku
“Lepasin!!!” Aku mencoba untuk melepaskan tanganku dari cengkramannya. Tapi, dia begitu erat memegang tanganku
“Aku gak akan lepasin!” Ucapnya
“Kamu ingin lihat aku direndahin kayak tadi?! Kamu gak ngerasain, aku itu gak enak di sebut-sebut kayak tadi!” Ucapku, akhirnya dia diam dan melepaskan cengkramannya. Aku pun pergi, aku lebih baik mungkin di dalam kelas. Daripada di luar sana.
“Cha.. Cha.. Tunggu!” Dia malah mengejarku, dan aku pun lari menuju kelas. Namun, dia terlebih dahulu memegang tanganku. Langkahku terhenti. “Cha, kamu marah sama aku? Okey, aku minta maaf sama kamu” Ucapnya, tanpa melepaskan tanganku
“Lepasin!!!” Aku mencoba untuk melepaskan tanganku dari cengkramannya. Tapi, dia begitu erat memegang tanganku
“Aku gak akan lepasin!” Ucapnya
“Kamu ingin lihat aku direndahin kayak tadi?! Kamu gak ngerasain, aku itu gak enak di sebut-sebut kayak tadi!” Ucapku, akhirnya dia diam dan melepaskan cengkramannya. Aku pun pergi, aku lebih baik mungkin di dalam kelas. Daripada di luar sana.
Setelah beberapa minggu, aku selalu mengabaikan Ivan… Permintan minta maaf pun belum aku respon
“Hei Cha, nih aku bawain minum buat loe” Ucap teman baruku
“Thanks!”
“Aku belum kenalin diri ya sama loe? Nama gue Vanessha, panggil aja gue Shesha atau Shasha”
“Oh iya, Shasha”
Ternyata, tanpa disadari air mata membasahi pipi ku.
“Kamu kenapa?” Ucap seorang gadis. Aku hanya diam dan aku tak dapat menceritakan apapun terhadap gadis itu. Dia dapat melihatku menangis, dan aku tahu siapa gadis itu. Gadis yang tadi menyapaku.
“Kamu kenapa? Kamu nangis?” Tanyanya dan dia memelukku
“Iya” Ucapku
“Apa ada seseorang yang buat kamu nangis kayak gini?” Tanyanya, mungkin dia kebingungan yang tiba-tiba lihat aku menangis
“Ya begitulah” Ucapku sambil menangis dalam pelukan gadis tersebut
“Udah-udah jangan nangis terus ah, kamu cerita dong sama aku” Ucapnya sambil membujukku agar aku tidak menangis terus. Aku pun menceritakan terhadap gadis tersebut, apa yang telah terjadi waktu dulu saat perbuatan dan perkataan Alex dan sikapnya
“Hei Cha, nih aku bawain minum buat loe” Ucap teman baruku
“Thanks!”
“Aku belum kenalin diri ya sama loe? Nama gue Vanessha, panggil aja gue Shesha atau Shasha”
“Oh iya, Shasha”
Ternyata, tanpa disadari air mata membasahi pipi ku.
“Kamu kenapa?” Ucap seorang gadis. Aku hanya diam dan aku tak dapat menceritakan apapun terhadap gadis itu. Dia dapat melihatku menangis, dan aku tahu siapa gadis itu. Gadis yang tadi menyapaku.
“Kamu kenapa? Kamu nangis?” Tanyanya dan dia memelukku
“Iya” Ucapku
“Apa ada seseorang yang buat kamu nangis kayak gini?” Tanyanya, mungkin dia kebingungan yang tiba-tiba lihat aku menangis
“Ya begitulah” Ucapku sambil menangis dalam pelukan gadis tersebut
“Udah-udah jangan nangis terus ah, kamu cerita dong sama aku” Ucapnya sambil membujukku agar aku tidak menangis terus. Aku pun menceritakan terhadap gadis tersebut, apa yang telah terjadi waktu dulu saat perbuatan dan perkataan Alex dan sikapnya
“Huh, itu cowok gak punya hati gitu?! Seenak nya aja ngomong!” Ucapnya marah
Tak lama
“Cha, badan loe kok panas? Loe sakit? Aku anterin ke UKS ya” Dia memegang tangan dan kepala ku
“Gak papa kok, aku sehat-sehat aja”
“Ga mungkin deh, loe emang bener-bener sakit” Dia merangkul ku dan membawa ke UKS
Tak lama
“Cha, badan loe kok panas? Loe sakit? Aku anterin ke UKS ya” Dia memegang tangan dan kepala ku
“Gak papa kok, aku sehat-sehat aja”
“Ga mungkin deh, loe emang bener-bener sakit” Dia merangkul ku dan membawa ke UKS
Setelah di UKS, memang tubuh ku panas. Aku merasa bingung, kenapa tiba-tiba tubuh aku panas kayak gini. Tak lama kemudian, aku di suruh ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Aku ditemani Vanessha teman baruku yang memang baik. Setelah diperiksa, ternyata aku hanya types dan kata dokter juga aku terlalu banyak fikiran. Aku pun disuruh istirahat sampai aku benar-benar sembuh.
Namun, setelah 2 minggu kemudian aku sudah lumayan enakkan. Dan aku berniat sekarang untuk sekolah. Meski, OrangTua aku belum ngizinin aku sekolah, namun aku terus bujuk mereka karena di rumah juga sepi boring dan semacamnya. Akhirnya, aku pun pergi ke sekolah.
Setelah sampai, temanku Vanessha menyapaku “Pagi Chacha, udah enakkan?” Ucapnya sambil tersenyum
“Ya.. Beginilah”
“Hei, kamu tau gak? dulu ada seseorang yang nanya ke aku, dia nanyain kamu” Ucapnya
“Siapa?” Tanyaku bingung
“Gak tau tuh, katanya dia mau minta maaf sama kamu tapi kamunya gak sekolah terus dan terus kata dia juga bilang dia udah minta maaf sama kamu udah beberapa kali tapi kamunya gak ngerespon” Ujarnya
“Apa jangan-jangan Ivan?” Ucapku dalam hati. Aku pun mencoba cari Ivan, tapi aku gak temui dia. “Biasanya juga dia ada di Taman” Ucapku
Tapi, tak lama kemudian datang seorang lelaki yang memberi aku sepucuk surat. Aku tak kenal lelaki tersebut, namun dia bilang dia teman Ivan dan lelaki yang selalu bentak-bentak aku adalah Alex. “Oh, ternyata namanya Alex toh yang sering bentak-bentak aku dan sebut aku Murahan!” Ucapku dalam hati
“Ya.. Beginilah”
“Hei, kamu tau gak? dulu ada seseorang yang nanya ke aku, dia nanyain kamu” Ucapnya
“Siapa?” Tanyaku bingung
“Gak tau tuh, katanya dia mau minta maaf sama kamu tapi kamunya gak sekolah terus dan terus kata dia juga bilang dia udah minta maaf sama kamu udah beberapa kali tapi kamunya gak ngerespon” Ujarnya
“Apa jangan-jangan Ivan?” Ucapku dalam hati. Aku pun mencoba cari Ivan, tapi aku gak temui dia. “Biasanya juga dia ada di Taman” Ucapku
Tapi, tak lama kemudian datang seorang lelaki yang memberi aku sepucuk surat. Aku tak kenal lelaki tersebut, namun dia bilang dia teman Ivan dan lelaki yang selalu bentak-bentak aku adalah Alex. “Oh, ternyata namanya Alex toh yang sering bentak-bentak aku dan sebut aku Murahan!” Ucapku dalam hati
Tak lama, aku membuka surat yang di kasih temannya Ivan yang bernama Andry.
04 Oktober 2013
Hallo Cha, gimana kabarmu? Udah beberapa hari ini aku gak lihat kamu. Aku cuman mau minta maaf sama kamu, dan aku juga cuman mau bilang aku mau pergi untuk beberapa minggu. Aku mau berobat ke luar negeri. Aku mau berobat disana, Do’ain aku ya, semoga aku cepat sembuh
04 Oktober 2013
Hallo Cha, gimana kabarmu? Udah beberapa hari ini aku gak lihat kamu. Aku cuman mau minta maaf sama kamu, dan aku juga cuman mau bilang aku mau pergi untuk beberapa minggu. Aku mau berobat ke luar negeri. Aku mau berobat disana, Do’ain aku ya, semoga aku cepat sembuh
Ivan
Hah? Dia sakit apa?” Ucapku sembari aku melihat ternyata surat ini sudah begitu lama mungkin sekitar 10 harian
Tak lama, Alex datang temui aku “Cha, maafin aku ya. Atas segala kesalahanku sama kamu, mungkin kamu sering kecewa sama sikap aku sama kamu. Tapi aku mohon sama kamu, kamu mau kan maafin aku” Ujarnya sembari meminta maaf kepadaku. Namun, belum aku berkata apa-apa panggilan masuk kepada Alex. Namun, panggilan itu mungkin panggilan yang buat aku sedih karena memberi kabar berita kalau Ivan meninggal dunia. Aku pun mengikuti Alex untuk ke tempat pemakamannya. Ternyata sudah ada sahabatnya disana. “Van, kenapa begitu cepat kamu ninggalin aku? Yaa Tuhan, kenapa kamu begitu cepat mengambil nyawa orang yang sudah baik selama aku di sekolah disini?” Ucapku dalam hati
Namun semakin lama aku mengenang tentangnya, semakin sedih aku mengingatnya. Mungkinkah aku menyayanginya?
“Cha, kita pergi aja yuk!” Ucap Andry
Namun semakin lama aku mengenang tentangnya, semakin sedih aku mengingatnya. Mungkinkah aku menyayanginya?
“Cha, kita pergi aja yuk!” Ucap Andry
Aku pun mengikuti mereka, dan mereka mengajakku pergi ke taman yang indah. Meskipun pemandangannya begitu indah, tapi aku lihat pemandangan ini begitu biasa saja bagiku. Karena mungkin duka menyelimutiku saat ini.
“Cha. kamu nangis?” Ucap Alex
“Hah… Apa?” Ucapku dan mengusap airmata. Ternyata dari-tadi memang aku sudah menangis. Mungkin, karena aku sedih kehilangan orang yang aku sayang.
“Kamu sedih ya Ivan sudah tiada?” Ucapnya
“Iya Lex, aku sedih kehilangannya padahal aku belum kenal dia lebih dekat dan lebih jauh aku masih belum ingin kehilangannya” Ucapku tanpa basa-basi dan apa adanya
“Cha. kamu nangis?” Ucap Alex
“Hah… Apa?” Ucapku dan mengusap airmata. Ternyata dari-tadi memang aku sudah menangis. Mungkin, karena aku sedih kehilangan orang yang aku sayang.
“Kamu sedih ya Ivan sudah tiada?” Ucapnya
“Iya Lex, aku sedih kehilangannya padahal aku belum kenal dia lebih dekat dan lebih jauh aku masih belum ingin kehilangannya” Ucapku tanpa basa-basi dan apa adanya
Tiba-Tiba seorang lelaki merangkul sambil berkata “Aku juga masih belum mau kehilanganmu Cha”
“Kamu siapa? Kenapa kamu rangkul-rangkul aku? Kenal aja gak!” Ucapku sembari melepaskan rangkulannya
“Kamu gak kenal aku? Aku Ivan” Ucapnya
“Hah, Ivan?” Ucapku dalam hati
“Bukannya dia udah gak ada?” Ucaku
“Nih lihat aku masih ada kan?” Ucapnya
“Terus? Yang meninggal siapa?
“Anda kena tipu!!! Hahaaa” Ucap Alex Dan Andry Serempak
“Hah? Kena Tipu?
“Iya kamu kena tipu, sebenernya ini rencana kami buat nipu kamu. Ternyata kamu suka ya sama Ivan? Haha” Ucap Alex
“Kirain dia meninggal karena sakit” Ucapku
“Ya gak-lah!!!” Ucap mereka serempak
Mereka pun tertawa serempak
“Cha, aku suka sama kamu. Aku sayang sama kamu, meski antara aku dan kamu kenal singkat tapi aku dapat secepat ini dan semudah ini menyukai dan menyayangimu Cha” Ujarnya
“Ta.. Tapi..”
“Aku mohon, kamu mau kan jadi pacar aku?” Ucapnya
Aku hanya diam tak percaya bahwa dia juga menyayangi ku
“Jawab Cha!” Ucapnya
“I.. Iyaaa aku mau kok” Ucapku
Meskipun aku malu karena banyak teman-teman dia namun aku begitu senang saat dimana sekarang aku dapat bersama Ivan orang yang aku sayang dan aku bingung.
“Cieee PJ nyaa dong!!!” Ucap anak-anak
“Sipp.. Nanti PJnya kita liburan aja ya!” Ucap Ivan
“HOREEE!” Ucap anak-anak lainnya
Sekarang, aku tahu rasanya mencintai dan dicintai begitu enak meski banyak rintangannya namun berakhir dengan bahagia.
“Kamu siapa? Kenapa kamu rangkul-rangkul aku? Kenal aja gak!” Ucapku sembari melepaskan rangkulannya
“Kamu gak kenal aku? Aku Ivan” Ucapnya
“Hah, Ivan?” Ucapku dalam hati
“Bukannya dia udah gak ada?” Ucaku
“Nih lihat aku masih ada kan?” Ucapnya
“Terus? Yang meninggal siapa?
“Anda kena tipu!!! Hahaaa” Ucap Alex Dan Andry Serempak
“Hah? Kena Tipu?
“Iya kamu kena tipu, sebenernya ini rencana kami buat nipu kamu. Ternyata kamu suka ya sama Ivan? Haha” Ucap Alex
“Kirain dia meninggal karena sakit” Ucapku
“Ya gak-lah!!!” Ucap mereka serempak
Mereka pun tertawa serempak
“Cha, aku suka sama kamu. Aku sayang sama kamu, meski antara aku dan kamu kenal singkat tapi aku dapat secepat ini dan semudah ini menyukai dan menyayangimu Cha” Ujarnya
“Ta.. Tapi..”
“Aku mohon, kamu mau kan jadi pacar aku?” Ucapnya
Aku hanya diam tak percaya bahwa dia juga menyayangi ku
“Jawab Cha!” Ucapnya
“I.. Iyaaa aku mau kok” Ucapku
Meskipun aku malu karena banyak teman-teman dia namun aku begitu senang saat dimana sekarang aku dapat bersama Ivan orang yang aku sayang dan aku bingung.
“Cieee PJ nyaa dong!!!” Ucap anak-anak
“Sipp.. Nanti PJnya kita liburan aja ya!” Ucap Ivan
“HOREEE!” Ucap anak-anak lainnya
Sekarang, aku tahu rasanya mencintai dan dicintai begitu enak meski banyak rintangannya namun berakhir dengan bahagia.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar