Kringgg kringgg kringgg bel sekolah berbunyi, tenda masuk sekolah. Raisa yang emang lAngganan kesiangan masih santai-santai berjalan mendekati gerbang sekolah diantar oleh kakaknya.“Udah masuk ya Sa?” tanya Isar, kakak Raisa“Iyaaaa, pokokknya ade gak mau tau! Kakakharus ngasih alasan ke guru yang ada di kelas ade. Biar ade bisa belajar”“Yaaaaaaaaa. Kasian banget ya, baru juga minggu kemarin MOS, udah dapet point gara-gara kesiangan”Sesampainya di kelas Raisa, Isar memberikan penjelasan secara detail kepada guru yang sedang mengajar di kelas Raisa. Syukurnya Raisa tidak mendapatkan point tambahan dari guru tersebut.Itulah kegiatan Raisa selama pagi hari. Bangun pukul 05.00 dan pergi ke sekolah pukul 06.30 diantar oleh kakaknya. Emang sih Raisa kesiangan gara-gara diantar oleh kakanya. Tapi mau gimana lagi? rumah Raisasangat jauh dari sekolahnya. Jadi gak ada ojej gratis lagi selain kakaknya. Meskipun harus selalu telat kalau datang ke sekolah.Tapi meskipin Isar adalah penyebab utamanya Raisa kesiangan, Isar adalah sosok kakak yang sangat perhatian sama Raisa. Isar selalu membantu PR Raisa, ngebuatin makan kalau di rumah gak ada siapa-siapa. Baik deh pokokknya. Raisa sendiri adalah remaja perempuan yang cinta banget sama musik. Raisa bisa memainkan berbagai macam alat musik. Yang luar biasanya lagi Raisa belajar sendirialat musik itu. Wajar aja sih karena ibu danbapaknya juga cinta sama musik. Dibalik semua itu ada juga yang Raisa benci. Perpisahan. Satu kata yang sangat dibenci oleh Raisa. Ia tidak menginginkan hal itu.Saat pulang sekolah, Raisa kaget melihatkakanya mengemas barang di kamarnya. Hal yang memang tidak biasa Isar kerjakan,karena menurut Raisa kakakya itu paling tidak bisa jika disuruh beres-beres. Ternyata Isar harus pergi kuliah ke Australia besok pagi, dan menetap di Australi selama 3 tahun.Dari Raisa pulang sekolah sampai pukul 23.00, Raisa dan Isar menghabiskan waktu bersama. Apapun yang mereka lakukan pada hari itu akan menjadi kenangan yang akan Raisa ingat. Ibunda mereka tidak marah ketika mengetahui anak-anaknya terjaga kurang lebih 12 jam. Karena kapan lagi kedua anaknya itu dapat seperti itu. Tiga tahun yag akan datang Raisa sudah lulus SMA, dan akan melanjutkan kuliah ke luar negeri. Dan mungkin Isar sudah sibukdengan pelamaran kerja atau mungkin Isarsudah kerja.***Pagi-pagi sekali Raisa bersiap untuk mengantar kakaknya ke bandara, sebenarnya Raisa tidak mau melihat kakaknya pada pagi hari itu, tapi karena ini adalah pertemuan terakhir Raisa dengan kakaknya yang akan pergi kuliah selama 3 tahun, terpaksa Raisa ikut. Di bandara Isar memberikan jam tangannya kepada adiknya.“Sa, simpen ini yaaa. Jangan kangen deh. Terus jangan cengeng yaa adikku sayang. Jam tangan ini berputar gak akan kerasa kok. Tau-tau kakak lo ini udah ada di Indonesia lagi dan bisa main sama adiknya lagi” ucap Isar di bandara. Raisa hanya bisa menerima jam tangan tersebut tanpa berkata apapun. Setelah pesawat terbang, Raisa pergi ke sekolah dengan mata yang masih bengkak.“Baru aja perpisahan di SMP, masa kakak gue udah ninggalin gue ke Australi?” ucap Raisa kepada teman sebangkunya.“Sa, setiap pertemuan itu pasti ada perpisahan. Tenang aja, raga lo sama kakaklo emang pisah, tapi jiwa lo dan kakak lo gak akan pisah Saaa. Percaya deh sama gue” kata Riri.Dari situ Raisa baru menyadari banwa sebenarnya perpisahan itu bukan ajang untuk menangisi keadaan, melainkan ajang untuk melatih kedekatan batin. Menurut Raisa perpisahan itu sangat terlarang tapi tetap saja meninggalkan kesan yang sangatdalam.*** TAMAT ***
Sabtu, 05 April 2014
True Love
Cinta sejati. Apakah kalian percaya akan itu?Akan "Cinta Sejati" yang konon katanya dimiliki oleh semua orang? Cintayang katanya sangat indah dan menyenangkan? Mitos cinta sejati yang terus menerus melolong dihatiku.***Kupandangi bingkai biru di tepi tempat tidurku. Aku tersenyum menatapbenda yang ada didalam bingkai itu.Bukan sebuah foto ataupun lukisan. Hanya sebuah kertas lusuh. Kertas catatan PKN yang aku robek dari buku miliknya 2 tahun lalu saat perpisahan SMP. Dia sama sekali tidak tahu aku merobek buku catatanya. Bahkan,mungkin dia tidak mengenalku. Aku hanya satu dari ratusan penggemarnya di sekolah.Dia bukan artis. Dia adalah siswa tampan dancerdas di sekolahku. Dia kaya dan pintar dalam bidang olahraga. Sifatnyayang cuek justru menjadidaya tarik bagi para kaum hawa, termasuk aku. Tapi, bisa dibilang, aku tidak terlalu menunjukkan diri bahwa aku menyukainya. Terbukti. Aku tidak pernah menyapa ataupunmenegurnya. Aku menyukainya lewat diam.Bahkan, robekan catatan PKN itu aku ambil diam- diam untuk kenang- kenanganku karena aku tahu dia akan melanjutkan study ke L.A.Aku kembali tersenyum manis saat melihat robekan catatan itu. Orang bilang, apapun itu, jika memang jodoh, makadia akan kembali lagi danlagi. Dan aku percaya diaakan kembali kulihat.Aku mengeluarkan kertas itu dari bingkainya. Kupeluk- peluk dan kubelai. Ku ajak tertawa dan tersenyum.Gila. Konyol memang. Setelah puas dengan kegiatanku itu, aku meletakkan kertas itu diatas meja belajarku. Dan...Syuuuut...Angin bertiup menerbangkan kertas kenangan itu keluar jendela dan jatuh dipekarangan. Dengan sigap aku keluar rumah dan mengejar kertas itu. Itu adalah satu- satunya milikku yang mampu membuatku mengingatnya.Saat aku hampir mendapatkanya, angin kembali meniupnya menjauhiku. Argh! Angin ini! Batinku kesal.Aku kembali mengejar kertas itu. Dan saat aku hampir mendapatkannya kembali..."Argh!! Sial banget sih?! Malah keinjek lagi!" seruku kesal saat tahu kertas itu di injak seseorang. Orang itu mengambil kertas yang ada di injakannya itu. Akumasih menatap jalanan berdebu dengan kesal."Jadi, daritadi kamu ngejar kertas ini ya?" ucap orang itu. Suara bariton yang ku kenal. Ku tengadahkan kepalaku menatap wajah dari si pemilik suara.DEG!!!Di... Diakan? Diakan pemilik kertas itu sebenarnya? Vigo. Cowok tampan, keren dan pintar itu... Bagaimana bisa?"Ma... af. Aku ngerobek kertas itu....""gapapa kok Dina. Beneran deh gapapa. Karena, aku juga udah foto kamu diam- diam waktu itu." akunya padaku. Dia... Tau namaku?"foto?! Diem- diem?""Lebih baik, kita nostalgianya ditaman aja deh." ucapnya sambil menarik tanganku ke taman.***Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Fotoku ada dalam dompet Vigo?"Aku dulu suka banget sama kamu Dina. Karena,kamu itu satu- satunya cewek yang gak pernahnegur aku. Kamu cuek dan aku suka itu." ucapnya sambil tersenyum."Dulu, aku berharap bisa kenal dan pacaran samakamu. Tapi, dekat kamu aja aku udah gemetaran, apalagi ngobrol sama kamu..." ucap Vigo lagi. Lalu dia menatap robekan kertas itu."Aku tau kok, kamu ngerobek kertas ini. Cuma aku pura- pura gatau aja. Aku seneng banget waktu kamu robek kertas ini. Karenaitu artinya, kamu juga suka sama aku. Iyakan?" ucapnya yang membuatku tersipu malu."Ikh... Kok diem aja?" ujarnya sambil mencubit pipiku pelan."aku bingung mau ngomong apa...""Kamu percaya mitos True Love gak?""True Love? Emang ada?" tanyaku."mulanya, aku juga gak percaya. Tapi malem ini aku percaya. True Loveaku udah aku temuin lagi.Aku suka kamu." ucapnya sambil natap bintang."udah jam 12 belom?" tanyanya."udah. Udah jam 12 tepat.""Happy Birthday Dina :). Will you be My True Love?"Apakah dia menyatakan perasaannya. Tanpa sadar, aku mengucapkan"yes. I will."***Percaya atau tidak, itulah faktanya. True love akan datang. Sejauh dan sesulit apapun, Cinta Sejati akan mencari jalanlagi dan lagi untuk kita temukan. :)
The Meaning of Love
Braakkk!!!!Aku memukul meja karena kesal. Berbekal muka kusut dan bibir cemberut berhasil membuat mama berdecak melihatku.“kenapa kok mukanya kaya di tekuk gitu?” Tanya mama dengan lembut. Ku balas dengan masuk ke kamar tanpa menghiraukan pertanyaan mama. Mamahanya menggelengkan kepalanya. Mungkin heran dengan tingkah laku anak pertamanya iniyang pulang dari sekolahmembawa suasana badmood.“uuh! Kenapa sih harus kaya gini ceritanya!! Aku selalu dapat masalah setiap aku menginginkan sesuatu. Termasuk menyukainya!!! Argh!” gurutuku kesal.Aku mungkin salah satu dari sekian banyak orang yang mempunyai nasib sial. Ya, setiap ada yang perhatian ke aku, aku selalu membiarkannya sampai 1 minggu, jika tetap perhatian, kesimpulan sememtaraku adalah dia suka kepadaku. Setidaknya simpatik padaku.Tetapi, setelah 1 bulan kurasa perhatiannya semakin sering menimpaku. Yang di status facebook sering kaya bales-balesan, sering sindir-sindiran, dsb. Jadi, statusku sama si-doi nyambung kalo digabungin. Jelas dan ketara banget.Tapi aku gak GR dulu. Dan selama 3 bulan begitu mulu. Lama-lama hatiku ke bawa juga. Yang semulanya gak suka dan nganggep temen biasa, eh, malah suka.Dan yang lebih parahnya lagi, ternyata temen yangsering curhat sama aku juga suka sama si-doi. Gila!!!*Aku harus gimana ni?* kata yang selalu ku ucapkan ketika temenkuakan mengawali curhatannya.Padahal, temen yang suka sama si-doi gak cuma satu. Dan kebanyakan yang curhatsama aku. Ya Tuhan, kenapa engkau memberi hamba cobaan berat seperti ini.Aku meletakkan tasku dan membuang badanku ke kasur untuk merebahan diri sembari berfikir. *Kenapa aku dulu terjebak di hatinya!!*batinku.Tok tok tok“masuk” ujarku. Krreeeekk! “sayang, makan dulu yuk! Kamu belum makan siang, mama sudah siapin makaman kesukaan kamu” ajak mama dengannada lembut.“nggak ah ma” meniarapkan tubuhku di kasur dan menyembunyikan kepalaku di bawah bantal. “aku ngantuk! Akutidur dulu ya ma…”“ya sudah, jangan lupa pakai selimutnya” saran mama. Aku hanya mangut-mangut membalasnya.Aku tak mau tidur. Aku sebenarnya tak bisa tidur. Aku tak bisa melupakan dia. Aku hanya beralasan kepada mama seperti itu karenaaku tak ingin melakukan apapun kecuali satu. Berfikir.Tar! Jedyaaaaarrrrrr!!Suara halilintar membangunkan lamunanku. Aku terkejut dan menutup telingaku. Aku ambil selimutku dan ku tutupi seluruh badanku dengan selimut.Tapi setelah aku sadar. Aku bangun dari tempat tidurku. Mangambil baju baby doll-ku dan bergegas menuju ke kamar mandi. Hujan tidakmenaklukkan-ku untuk tidak segera mandi.“Sudah bangun sayang? Kok cepet bangun? Biasanya lama kalau tidur?” ujar mama ketikamelihatku keluar dari kamar. “aku nggak bisa tidur ma. Panas!” jawabkusambil berlalu.Mungkin sebagian anak menganggapku kurang ajar dan durhaka kepadaorang tua karna tidak menjawab pertanyaan orang tua dengan sikap yang baik tetapi sambil berjalan begitu saja.Hari ini cuaca begitu panas. Entah kenapa, tiba-tiba aku teringat akan dia. Si-doi pernah duduk berdapingan denganku saat aku menunggu jemputan. Teman si-doi berdiri di sampingnya. Mereka mengobrol layaknya ibu-ibu yang sedang arisan. Topiknya berbeda dan ribet menurutku.Ternyata 3 menit kemudian, jemputanku datang. Ah, senangnya! Aku dapat terbebas darinya.Tapi ternyata, setelah aku naik, si-doi masih tetap memperhatikan aku sampai di ujung jalan.Dan bodohnya aku, aku juga memperhatikannya. Duh!Aku memukul jidatku sendiri dengan telapak tanganku setelah meletakkan baju di kamar mandi karna memikirkan peristiwa itu.Ternyata aku tak dapat melupakannya.Suara tetesan showerkumengiringi suara derasnya hujan.*ternyata sudah hujan, akhirnya suhu kembali dingin lagi* batinku.Keluar dari kamar mandi,aku bergegas masuk ke kamar. Melewati mama yang sedang membaca majalah kesukaannya. Tetapi aku berhenti di tengah jalan. Terlintas di benakku untuk mencurahkan isi hatiku kepada mama.Aku membalikkan badan dan menghampiri mama. “ada apa? Kok tumben duduk di sebelahnya mama?” tanya mama terheran-heran.Aku diam.Berfikir mencari dan menyusun kata-kata untuk memberi tahu mama semuanya. “lho? Kenapa diam?” Tanya mama sekali lagi.“em, apa jangan-jangan ada masalah di sekolahmu sampai kamu mau cerita sama mama tapi dak berani? Ada apasayang?” ujar mama sambil menutup majalahnya dan mengalihkan perhatiannya kepadaku.“eumm, mah. Mama waktu suka sama papa mulai kapan?” tanyaku perlahan. Mama hanya tersenyum. Sepertinya mama mengerti mengapaaku datang mendekati mama.“anak mama mulai suka sama orang lain ya?” Akumangut-mangut dengan perlahan. Aku malu mengatakannya pada mama. Tidak ada yang tahu perasaanku.“nggak papa kamu suka sama lawan jenis. Itu wajar. Mama memakluminya” Mama seperti meneguhkan hatiku. Aku mulai memberanikan diri bercerita pada mama tentang semuanya.Mama mendengarkannyadan sesekali tersenyum karena senang. Entah apa yang ada di hati mama, aku tak tahu.Akhirnya, aku selesai bercerita pada mama. Mama diam sejenak, lalu berkata“Sayang, menyukai lawan jenis itu wajar. Tetapi jangan kamu terjebak di dalamnya. Banyak orang yang mengenal hal itu hingga mereka terjebak sendiri di dalam lingkarankelam itu. Sebenarnya cinta itu suci, murni dan penuh kasih sayang. Tapi,cinta bisa jadi bumerang kita untuk menuju kematian”Aku mengerutkan dahi. Kata-kata mama mulai tidak ku mengerti, tetapisungguh sulit ku ungkapkan. *kenapa bisadi ujung kematian?* tanyaku dalam hati.Sepertinya mama tahu maksud expresi yang tak berbentuk ini.“cinta itu bisa membutakan banyak orang. Sehingga kebanyakan orang tidak mau menggunakan logikanya untuk berfikirtentang cinta. Bila mereka patah hati, mereka bisa melakukan hal yang fatal untuk menyalurkan kekecewaannya. Jangan sampai hal itu terjadi padamu nak”Aku mulai faham. Mama menasehatiku agar aku tak terjebak dalam lubang cinta.“mengagumilah sewajarnya. Jangan berlebihan. Mama tidak melarang kamu. Tapi sebaiknya kamu fikirkandulu baik-baik bagaimana dengan masa depan kamu” mama munutup nasehatnya dengan mengelus pelan rambutku dan meninggalkanku sendiri termenung.Aku mulai berfikir tentang hal itu.Dan aku mulai sedikit melupakan dia. Meskipun dia masih ada di hatiku. Aku mendengar kabar bahwa dia sedang menjalin hubungan lain dengan seorang gadis.Aku tak menangis maupun patah hati. Ketika berita burung itu datang dan menyebar, aku tahu suatu saat akan menjadi benar berita itu. Aku tahu dari awal.“hehf “ aku tersenyum kecil sambil menghebuskan nafas.Aku sudah tahu. Jangan pertahankan cinta ketika cinta itu hanya bertepuk sebelah tangan.Karna nasehat mama, aku tahu segalanya.Entah sekarang berita burung itu benar atau salah. Hanya dia dan gadis itu yang tahu. Senyuman kecil menghiasi wajahku.
The Meaning of Love
Braakkk!!!!Aku memukul meja karena kesal. Berbekal muka kusut dan bibir cemberut berhasil membuat mama berdecak melihatku.“kenapa kok mukanya kaya di tekuk gitu?” Tanya mama dengan lembut. Ku balas dengan masuk ke kamar tanpa menghiraukan pertanyaan mama. Mamahanya menggelengkan kepalanya. Mungkin heran dengan tingkah laku anak pertamanya iniyang pulang dari sekolahmembawa suasana badmood.“uuh! Kenapa sih harus kaya gini ceritanya!! Aku selalu dapat masalah setiap aku menginginkan sesuatu. Termasuk menyukainya!!! Argh!” gurutuku kesal.Aku mungkin salah satu dari sekian banyak orang yang mempunyai nasib sial. Ya, setiap ada yang perhatian ke aku, aku selalu membiarkannya sampai 1 minggu, jika tetap perhatian, kesimpulan sememtaraku adalah dia suka kepadaku. Setidaknya simpatik padaku.Tetapi, setelah 1 bulan kurasa perhatiannya semakin sering menimpaku. Yang di status facebook sering kaya bales-balesan, sering sindir-sindiran, dsb. Jadi, statusku sama si-doi nyambung kalo digabungin. Jelas dan ketara banget.Tapi aku gak GR dulu. Dan selama 3 bulan begitu mulu. Lama-lama hatiku ke bawa juga. Yang semulanya gak suka dan nganggep temen biasa, eh, malah suka.Dan yang lebih parahnya lagi, ternyata temen yangsering curhat sama aku juga suka sama si-doi. Gila!!!*Aku harus gimana ni?* kata yang selalu ku ucapkan ketika temenkuakan mengawali curhatannya.Padahal, temen yang suka sama si-doi gak cuma satu. Dan kebanyakan yang curhatsama aku. Ya Tuhan, kenapa engkau memberi hamba cobaan berat seperti ini.Aku meletakkan tasku dan membuang badanku ke kasur untuk merebahan diri sembari berfikir. *Kenapa aku dulu terjebak di hatinya!!*batinku.Tok tok tok“masuk” ujarku. Krreeeekk! “sayang, makan dulu yuk! Kamu belum makan siang, mama sudah siapin makaman kesukaan kamu” ajak mama dengannada lembut.“nggak ah ma” meniarapkan tubuhku di kasur dan menyembunyikan kepalaku di bawah bantal. “aku ngantuk! Akutidur dulu ya ma…”“ya sudah, jangan lupa pakai selimutnya” saran mama. Aku hanya mangut-mangut membalasnya.Aku tak mau tidur. Aku sebenarnya tak bisa tidur. Aku tak bisa melupakan dia. Aku hanya beralasan kepada mama seperti itu karenaaku tak ingin melakukan apapun kecuali satu. Berfikir.Tar! Jedyaaaaarrrrrr!!Suara halilintar membangunkan lamunanku. Aku terkejut dan menutup telingaku. Aku ambil selimutku dan ku tutupi seluruh badanku dengan selimut.Tapi setelah aku sadar. Aku bangun dari tempat tidurku. Mangambil baju baby doll-ku dan bergegas menuju ke kamar mandi. Hujan tidakmenaklukkan-ku untuk tidak segera mandi.“Sudah bangun sayang? Kok cepet bangun? Biasanya lama kalau tidur?” ujar mama ketikamelihatku keluar dari kamar. “aku nggak bisa tidur ma. Panas!” jawabkusambil berlalu.Mungkin sebagian anak menganggapku kurang ajar dan durhaka kepadaorang tua karna tidak menjawab pertanyaan orang tua dengan sikap yang baik tetapi sambil berjalan begitu saja.Hari ini cuaca begitu panas. Entah kenapa, tiba-tiba aku teringat akan dia. Si-doi pernah duduk berdapingan denganku saat aku menunggu jemputan. Teman si-doi berdiri di sampingnya. Mereka mengobrol layaknya ibu-ibu yang sedang arisan. Topiknya berbeda dan ribet menurutku.Ternyata 3 menit kemudian, jemputanku datang. Ah, senangnya! Aku dapat terbebas darinya.Tapi ternyata, setelah aku naik, si-doi masih tetap memperhatikan aku sampai di ujung jalan.Dan bodohnya aku, aku juga memperhatikannya. Duh!Aku memukul jidatku sendiri dengan telapak tanganku setelah meletakkan baju di kamar mandi karna memikirkan peristiwa itu.Ternyata aku tak dapat melupakannya.Suara tetesan showerkumengiringi suara derasnya hujan.*ternyata sudah hujan, akhirnya suhu kembali dingin lagi* batinku.Keluar dari kamar mandi,aku bergegas masuk ke kamar. Melewati mama yang sedang membaca majalah kesukaannya. Tetapi aku berhenti di tengah jalan. Terlintas di benakku untuk mencurahkan isi hatiku kepada mama.Aku membalikkan badan dan menghampiri mama. “ada apa? Kok tumben duduk di sebelahnya mama?” tanya mama terheran-heran.Aku diam.Berfikir mencari dan menyusun kata-kata untuk memberi tahu mama semuanya. “lho? Kenapa diam?” Tanya mama sekali lagi.“em, apa jangan-jangan ada masalah di sekolahmu sampai kamu mau cerita sama mama tapi dak berani? Ada apasayang?” ujar mama sambil menutup majalahnya dan mengalihkan perhatiannya kepadaku.“eumm, mah. Mama waktu suka sama papa mulai kapan?” tanyaku perlahan. Mama hanya tersenyum. Sepertinya mama mengerti mengapaaku datang mendekati mama.“anak mama mulai suka sama orang lain ya?” Akumangut-mangut dengan perlahan. Aku malu mengatakannya pada mama. Tidak ada yang tahu perasaanku.“nggak papa kamu suka sama lawan jenis. Itu wajar. Mama memakluminya” Mama seperti meneguhkan hatiku. Aku mulai memberanikan diri bercerita pada mama tentang semuanya.Mama mendengarkannyadan sesekali tersenyum karena senang. Entah apa yang ada di hati mama, aku tak tahu.Akhirnya, aku selesai bercerita pada mama. Mama diam sejenak, lalu berkata“Sayang, menyukai lawan jenis itu wajar. Tetapi jangan kamu terjebak di dalamnya. Banyak orang yang mengenal hal itu hingga mereka terjebak sendiri di dalam lingkarankelam itu. Sebenarnya cinta itu suci, murni dan penuh kasih sayang. Tapi,cinta bisa jadi bumerang kita untuk menuju kematian”Aku mengerutkan dahi. Kata-kata mama mulai tidak ku mengerti, tetapisungguh sulit ku ungkapkan. *kenapa bisadi ujung kematian?* tanyaku dalam hati.Sepertinya mama tahu maksud expresi yang tak berbentuk ini.“cinta itu bisa membutakan banyak orang. Sehingga kebanyakan orang tidak mau menggunakan logikanya untuk berfikirtentang cinta. Bila mereka patah hati, mereka bisa melakukan hal yang fatal untuk menyalurkan kekecewaannya. Jangan sampai hal itu terjadi padamu nak”Aku mulai faham. Mama menasehatiku agar aku tak terjebak dalam lubang cinta.“mengagumilah sewajarnya. Jangan berlebihan. Mama tidak melarang kamu. Tapi sebaiknya kamu fikirkandulu baik-baik bagaimana dengan masa depan kamu” mama munutup nasehatnya dengan mengelus pelan rambutku dan meninggalkanku sendiri termenung.Aku mulai berfikir tentang hal itu.Dan aku mulai sedikit melupakan dia. Meskipun dia masih ada di hatiku. Aku mendengar kabar bahwa dia sedang menjalin hubungan lain dengan seorang gadis.Aku tak menangis maupun patah hati. Ketika berita burung itu datang dan menyebar, aku tahu suatu saat akan menjadi benar berita itu. Aku tahu dari awal.“hehf “ aku tersenyum kecil sambil menghebuskan nafas.Aku sudah tahu. Jangan pertahankan cinta ketika cinta itu hanya bertepuk sebelah tangan.Karna nasehat mama, aku tahu segalanya.Entah sekarang berita burung itu benar atau salah. Hanya dia dan gadis itu yang tahu. Senyuman kecil menghiasi wajahku.
Selasa, 04 Maret 2014
DOWNLOAD LAGU
1. Maroon5- One more night
DOWNLOAD DISINI !
2. Ada Band- 1000 bayang
DOWNLOAD DISINI !
3. Bondan Prakoso- Not With me
DOWNLOAD DISINI !
4. Padi- Begitu Indah
DOWNLOAD DISINI !
5. Adele- Someone like you
DOWNLOAD DISINI !
DOWNLOAD DISINI !
2. Ada Band- 1000 bayang
DOWNLOAD DISINI !
3. Bondan Prakoso- Not With me
DOWNLOAD DISINI !
4. Padi- Begitu Indah
DOWNLOAD DISINI !
5. Adele- Someone like you
DOWNLOAD DISINI !
Selasa, 25 Februari 2014
Aku dan Mereka
Pagi ini perasaanku sangat bahagia dan bersemangat, rasanya
ingin tiba di sekolah dengan segera. Bagaimana tidak, kejutan demi
kejutan membuat pagiku begitu ditemani banyak bunga-bunga, hal itu tentu
membuat aku sangat berbeda, mulai dari bertemu teman sd, satu sekolah
sama pacar dan bertemu dengan teman baru yang gokil.
Kurang lebih setengah jam kuhabiskan di depan kaca untuk berdandan secantik mungkin sebelum bergegas ke sekolah dengan sepeda kendaraan kesayanganku, Memang kendaraan yang satu ini tidak bisa dikendarai dengan gratis, setiap harinya minimal aku harus mengeluarkan budget Rp 5.000 untuk membeli bensin. Dialah Yamaha vega andalanku yang menjadi pahlawanku selama ini.
Sepanjang perjalanan aku bernyanyi dan bersuka ria penuh semangat membayangkan akan hal-hal menyenangkan seperti bertemu teman-teman baru dan sang pujangga hati ku, Andy. Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya aku sampai di sekolah. Jarak antara sekolah dan rumahku tidak begitu jauh jadi, hanya butuh waktu 10 sampai 15 menit untuk sampai di sekolah.
“Sial! Lari nggak pake mata apa ya.. gue gorok masuk neraka loh.” rutuk Dahlia. Dengan wajah masam ia mulai jongkok untuk merapikan buku-buku yang terjatuh. Spontan aku langsung membantu Dahlia memungut buku buku yang tergeletak di lantai.
“Kasihan banget. Bukunya jatuh semua ya” candaku dengan senyum manisku. Sejenak Dahlia berhenti merapikan buku-buku, ia mencoba mencari orang yang berani menabraknya. Ternyata dia lagi. Cowok berpostur tinggi, putih yang akrab disapa Fitrah. Aku tau Dahlia benci banget sama cowok itu, Mungkin seumur hidup Dahlia nggak bakal bersikap baik sama cowok itu.
Mengingat buku ini harus diantar ke ruangan Ibu Evi, guru mata pelajaran matematika yang cantik tapi duper super jutek kami harus cepat-cepat merapikan buku yang tercecer di lantai, lalu segera membawanya.
“Sudahlah dahlia, sabar yah, nanti juga lama-lama kepincut sama kamu. Heheh”. candaku lagi sambil merangkul bahunya.
“Idiih, cuiihhh amit-amit deh, gak mungkin juga gue mau sama cowok dekil, kumal dan jarang sikat gigi itu, ichhh.” Jawab Dahlia dengan ekspresi jijay nya.
“Chi..!!!”
Aku menoleh untuk melihat siapa yang memanggilku. Ternyata dari kejauhan Ana temanku sejak sd sedang berlari ke arahku.
“Woe non, budeg ya? Nggak denger teriakan gue. Temen macem apaan yang nggak nyaut sapaan temennya sendiri.” ucap Ana dengan bibir monyong. Ciri khas cewek kulit putih tersebut kalau lagi ngambek.
“Sorry deh na’. Gue lagi sibuk ngehibur cewek yang lagi bad mood ini”. Sambil melirik ke arah Dahlia yang memasang tampang cemberut.
“Bad mood? Kenapa?” tanya Ana bengong.
Si Yellow tooth yang jelek itu lagi-lagi cari perkara sama aku.
Sejenak Ana terdiam, lalu perlahan bibirnya tersenyum tipis. “Kenapa sih kalian berdua selalu berantem? Mungkin gak sih si Fitrah suka sama loh tapi dia gengsi dan Cuma bisa mendekati kamu dengan cara menjahili kamu Dahlia.”
“Tau ah gelap!”
Bel pulang berbunyi nyaring bertanda jam pelajaran telah usai. Cuaca yang sedemikian panas tak menciutkan niat para siswa SMAN 1 Larompong bergegas pulang ke rumah. Anak-anak sudah membereskan buku-bukunya. Sedangkan aku masih berkutat pada buku catatanku lalu sesekali menoleh ke papan tulis.
“Makanya kalau nulis jangan kayak keong donk.” Dengan gemas Ana menjitak kepalaku.
“Duluan ya, Chi, nyokap suruh pulang cepet nih!” Aku hanya mendengus lalu kembali sibuk dengan catatanku. Sementara Dahlia, Uli, Nurul dan Nini tetap di tempatnya dan menungguku.
Esok harinya aku berangkat lebih awal ke sekolah, karena jam pertama diisi dengan mata pelajaran kimia yang dibawakan oleh Ibu Kartini. Kabarnya guru yang satu ini sangat kejam dan tak punya sifat tolelir. Ibu Kartini adaah guru yang sangat tegas, disiplin dan paling rajin ngasih tugas.
“Doorr” ucap ku, sambil menepuk pundak Kalsum, teman baruku di kelas X5.
“Iikhh chicy buat aku kaget saja” ucap kalsum.
“Hehehe, habis kamu melamun sih, masih pagi tau jangan melamun” canda ku
“Hehehe, iya deh iya bawel” ucap kalsum, sambil tersenyum
“Memangnya kamu lagi ngelamunin apa sih kalsum?” Tanya ku
“Aku gak ngelamunin apa-apa kok” ucap kalsum
“Ah maca ciiihhh?” Ucap ku menggoda kalsum
“Iya bener kok” jawab kalsum
“Teeeeeeet… Teeeeeeet…” (bel sekolah pun berbunyi)
“Eh udah bel tuh, masuk yuk” seruku lalu menuju ke kelas dengan menggandeng tangan kalsum.
Pemandangan kelas pagi ini nampak rapih, tak ada suara gaduh, tak ada yang wara-wiri, semuanya duduk rapih di tempatnya masing-masing.
“Kalau bukan Ibu kartini yang masuk gak mungkin kelas setenang ini.” ucapku sambil tersenyum geli
“Ya iyalah, secara kelas ini adalah kandang tikus, lho tau sendiri kelakuan anak-anak X.5 gimana. Kalau gak ada si kucing yang datang gak mungkin si tikus-tikus calm down begini, hahaha.” jawab Dahlia pelan sambil tertawa kecil.
Detik demi detik kami lalui dengan hati yang berdebar-debar, seperti bom waktu yang menunggu waktu untuk meledak. Yah, aku sedang membayangkan tentang kebiasaan ibu Kartini yang selalu menyuruh murid mengerjakan soal di papan tulis secara bergiliran.
“Semoga aja bukan gue, ya tuhan peuhlisss!!” ucapku dalam hati.
Satu persatu nama teman-teman ku mulai dipanggil. Beberapa temanku harus ihklas berdiri di samping papan tulis karena tak bisa mengerjakan tugas yang diberikan.
Belum sempat selesai berdoa, tiba-tiba saja aku mendengar sura lantang Ibu Kartini menyebut namaku.
“Chicy, naik ke atas kerjakan soal nomor 5 yah”
Dan kali ini lagi-lagi Tuhan tak mengabulkan doaku. Ibu Kartini akhirnya menyebut namaku. Aku berjalan ke depan dengan langkah kaki yang pelan, rasanya seperti ada sebuah batu besar yang bergelantung di kakiku. Sebenarnya bukan takut yang aku rasakan tapi lebih pada rasa malu jika harus berdiri bersama dengan anak lainnya. Bagaimana tidak, ada puluhan murid yang bakal menontonku.
“Cepat dikerjakan Chi” ucap ibu Kartini.
“I…i…iya bu” sahutku sambil mengangguk.
“Teeettt… Teeeeettt…” Saat hendak menulis, terdengar bunyi bel pertanda jam istirahat pertama. Aku menarik nafas panjang, aku lega sekali mendengar suara bel itu.
“Baiklah anak-anak, minggu depan ibu sambung lagi. Sekarang buka halaman 154 dan kerjakan soalnya..” ucap Ibu kartini sembari menunjukkan soal yang akan menjadi tugas minggu depan. Tugas adalah wajib setiap kali ada mata pelajaran kimia, itulah ibu Kartini, bidadariku yang paling baik hati.
Setelah Ibu Kartini keluar dari ruangan aku pun kembali ke tempatku sambil jingkrak-jingkrak kegirangan.
“Alhamdulillah ya… hehehe” ucap Dahlia sambil cengengesan. Aku hanya tersenyum lebar mendengarnya.
Setahun sudah berlalu dan sekarang aku resmi menyandang status “SENIOR”, eitss tapi aku bukan tipikal senior yang gila hormat seperti kebanyakan murid di sekolahku.
Setelah bel istirahat berbunyi, aku segera mengambil dompet dalam tas. Aku, Nini, Ana, Nurul, Uli dan Dahlia pergi ke kantin favorit kami yang terletak di belakang mushollah sekolah, Hendak memberi makan cacing-cacing yang mulai berdemo ria sekaligus membicarakan soal issu yang yang baru saja membuatku kesal gak ketulungan. Sayang sekali Sri, temanku ku dari sd gak bisa ikut bergabung, dia ditempatkan di sekolah yang lumayan jauh dari sekolah kami, lantaran jumlah siswa yang diterima di SMUN 1 Larompong terbatas.
Enam sekawan ini, memang hobi sekali jajan bakwan, hampir setiap hari kalau lagi istirahat jajannya itu melulu. Enggak ada bosen-bosennya deh. bahkan seringkali aku membawa makanan ini pulang ke rumah. Bakwan adalah menu andalan di kantin kesayangan kami itu. Tempat yang paling asyik kalau lagi jajan bakwan yah di kantinnya Ma’yu, dan duduk di bangku yang dekat jendela, Hmm… mengademkan diri?. Ma’yu adalah panggilan akrab kami pada pemilik kantinnya.
“Mau pesen bakwan kan?” teriak ma’yu.
“Ma’yu, paranormal ya?” tanyaku serius.
“Bukan… bukan..” jawabnya.
“Memang kenapa gitu, Chi?” tanya Nurul kepadaku.
“Mba ini, udah tahu kalau kita mau makan bakwan” ucapku
“Haha, dasar oon!!!, ya iya lah, kita kan sering ke kantin buat jajan bakwan” Celoteh Ana.
“Hahaha..” terdengar tawa sahabat-sahabatku yang saling bersahut-sahutan.
“Ihh, kenapa kalian jadi ketawa sih?” gerutuku kesal.
“Abisnya kamu ituuu..” ucap Ana.
“Kamu apa?” tanyaku semakin kesal.
“Sudah… sudah, jadi nggak pesen bakwannya?” tanya ma’yu yang ikut kesal.
“Hehehe… jadi donk, aku pesen 5000 yah.” Seru ku.
“Yaa, tunggu sebentar..” jawab pelayan kantin sambil berlalu.
“Kok banyak amat sih, Na?, emang mau dimakan semua sekarang?” tanya Uli.
“Iya donk” jawab ku dengan ekspresi datar.
“Glek..” Uli hanya menelan ludah mendengar, pesananku sebanyak itu
Beberapa saat kemudian, bakwan pesanan kami pun datang. Tak perlu menunggu lama aku segera menyantap bakwan dengan campuran sambel dan kecap yang sudah saya racik sedemikian rupa.
“Kok kalian semua, ngeliatin aku sih?, ada yang aneh ya?” tanya ku sambil melotot ke mereka.
“Udah berapa hari nggak makan, Chi?” tanya Nurul dengan mata sedikit terbelalak menyaksikan ku yang makan begitu rakusnya.
“Tadi pagi juga sarapan kok” ucap ku dengan ekspresi datarnya sambil terus makan. Tak ada kata yang mampu diucapkan teman-temanku lagi, mereka hanya bisa menggeleng-geleng kepala ke kiri dan ke kanan beberapa kali, dan melanjutkan menyantap bakwan hingga tak tersisa.
“Mungkin kita harus buat program deh!” ucap nurul.
“Program apa?” tanya Nurul.
“Program diet untuk Chici” jawab Dahlia.
“Ah kamu ini, buat aku sensi aja sih” timpal Nurul yang kebetulan punya tubuh yang agak lebih gemuk dibanding aku.
Aku yang sedang menikmati air mineral dinginku, kemudian tersedak. “Uhuk… Uhukkk..” Nini terlihat menepuk-nepuk pundakku.
“Wahh, iya… boleh juga tuh” timpal Nini.
“Aku nggak setuju ah” jawabku sambil memegang lehernya.
“HA… HA… HA… maaf deh maaf, lupa” seru Dahlia dan dengan spontannya mencium pipi Nurul. Sementara itu Uli terus mencubit pahaku, membuatku teriak-teriak kesakitan.
Kebiasaan aneh uli ini sudah ada sejak aku pertama kali bertemu, Uli akan spontan mencubit seseorang yamg ada di dekatnya jika ia merasa lucu. Semua sahabatku sudah biasa dengan kebiasaan aneh uli itu.
Seketika suasana kantin jadi riuh dengan canda tawa kami. Setelah menghabiskan makananku, aku dan yang lainnya tak lantas pergi, kami masih duduk di tempat kami masin-masing. Mata pelajaran kedua lagi kosong karena gurunya sedang berhalangan, jadi kami masih bisa santai di kantin.
Konfrensi meja bundar pun digelar. Kantin ini jadi saksi Rencana besar kami. DIZZQ pun mulai menyusun rencana serangan. Dizzq adalah nama genk yang kami resmikan sebaga nama genk persatuan kami. Aku bersyukur dipertemukan dengan sahabat-sahabat seperti mereka, Mereka adalah pasukan terhebat yang aku miliki. Tidak hanya hebat dalam hal gosip-menggosip, mereka juga paling jago dalam hal serang-menyerang. Dua orang sahabatku Ana dan Dahlia adalah yang paling sensitif saat ada perkara. Ana dengan tubuhnya yang mirip bodyguard dan ucapannya yang setajam silet bisa membuat hati seseorang terobek-robek, lalu Dahlia yang meskipun tubuhnya yang kurus kayak tengkorak hidup tapi nyalinya sebesar lapangan basket sekolah, dia paling hobby tuh adu mulut, Kalau lagi marah bisa seperti harimau buas yang siap mencincang. Dua gadis itulah yang menjadi team pembela saat salah seorang di antara kami terlibat masalah, tapi dibalik sikap mereka itu ada hal lain yang paling membanggakanku yaitu kesetiakawanan mereka, Bagiku sifat itu adalah harta mereka yang paling aku kagumi. Itulah alasan kenpa aku tetap bertahan bersama mereka, meskipun aku selalu jadi sasaran kejahilan mereka.
“Chi, gimana? kita langsung labrak aja lah sekarang!” Tanya Ana dengan tampang seperti serigala yang sedang marah. Aku saja takut melihat wajahnya yang mulai memerah.
“Iya, tapi janji yah kamu jangan maen tangan yah, perang mulut aja lah! Bisa buat dia takut aja udah buat aku puas banget, na.”
“Ok siiip!!”.
“Cewek itu memang gatal tau. Gaplok aja sekalian. Udah tau si Andy udah punya pacar masih saja keganjenan, trus mau aja gitu dijadiin cadangan”. Sahut Nurul yang paling jago dalam hal ngomporin orang.
“Iya betul. Wajib dibasmi tuh kutu ganjen”. Balas Uli
Akhirnya setelah konfrensi kami selesai, Aku dan sahabatku kemudian janjian ketemu dengan cewek itu di belakang kelas XI 4 yang sengaja kami pilih karena letaknya pas di samping kelas kami. Sebut saja dia Ayu.
Tak lama kemudian Ayu pun datang dengan salah seorang temannya, dengan langkah kaki yang mendayu bagaikan seorang model.
“Yu, aku mau nanya dan gak pake bohong yah?”. Tanyaku dengan nada suara yang agak tinggi.
“Mau Tanya apa?” jawab ayu dengan santainya
“Apa benar kamu jadian sama Andy?”
“Gak kok! gak sama sekali.”
“Ngaku aja lah! Kabar yang aku peroleh gak mungkin omomg kosong!! sudah beberapa hari ini issu itu senter aku dengar dari temen-temen. well, kebakaran gak akan terjadi kalau gak ada api, yu. Kamu tau kan aku sekarang masih resmi jadi pacarnya Andy dan hampir seisi sekolah tau itu.” Seruku sambil mendekatkan wajahku ke wajah ayu.
“Beneran gak kok” ucap Ayu ngeles
Aku dan sahabat-sahabatku terus mendesak tapi jawabannya tetap tidak. Tak lama kemudian, “Plakkk..!!!” sahabatku Ana ternyata tak menepati janji, Ia mulai hilang kendali dan menerjunkan tamparan cantiknya ke muka cewek itu. Pipi kanan Ayu merah dengan bekas tangan Ana, dan wajahnya pun mulai memucat. Sebenarnya ada sedikit rasa iba melihatnya takut. Tapi rasa itu tertutupi oleh kekesalakanku padanya.
“Ini kekerasan.” Teriak teman Ayu yang datang menemani Ayu saat itu. Aku tak bisa menangkis tangan Ana yang secepat kilat. Aku tahu perasaan ana yang simpatik padaku, tapi sungguh bukan tindakan seperti itu yang aku harapkan.
Nasi sudah jadi bubur, setelah peristiwa tamparan itu Ayu langsung melaporkan kejadian itu, dan akhirnya kami diseret ke ruang BP. Saat aku dan Ana sampai di ruangan, disana sudah ada Andy, Ayu, Pak Kamal dan murid-murid dari kelas lain yang mulai berdatangan satu persatu seperti semut yang sedang mengerumuni gula.
Saat itu aku merasa seperti berada di ruang sidang yang dihadapkan dengan kasus pembunuhan. Ini pertama kalinya aku dipanggil ke ruangan BP dari sekian banyak kenakalan dan kegilaan yang sudah aku lakukan bersama sahabat-sahabatku, dan itulah konsekuensi yang harus aku pertanggung jawabkan. Hanya aku dan Ana yang dipanggil, temanku yang lain dibebaskan karena mereka hanya ikut menonton saja waktu itu. Masalah ini membuatku merasa seperti ada kotoran sapi yang dilempar kemukaku, aku benar-benar malu, dan bukannya merasa takut. Rasa malu yang hebat karena harus ditonton puluhan siswa karena kasus seperti ini. Kalau saja kasusnya bukan karena masalah cemburu buta mungkin aku gak akan tertunduk terus seperti ini.
“Oh my God this is very embarrassing.” Ucapku dalam hati.
Pertanyaan demi pertanyaan kini dilontarkan kepada aku dan Ana. Tapi aku cuma bisa diam, aku gengsi untuk mengatakan bahwa aku terlampau cemburu saat itu. Aku muak sekali melihat tampang Ayu yang pura-pura polos di depan Pak Kamal.
“Andy, sekarang kamu harus memilih supaya kegaduhan dan kekerasan seperti ini tidak terjadi lagi.” Tanya pak Kamal dengan tegas.
“Milih?” ucap Andy bingung dan tampak seperti berfikir sesuatu
“Iya milih, kamu gak mungkin lah poligami sepereti ini. parah banget kamu, Ndy. Baru aja kelas 2 sma udah pinter poligami” kata Pak kamal menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Masa poligami sih pak, aku kan belum nikah sama mereka”
“Ah kamu ini bisanya protes melulu, sekarang ayo katakan dengan jujur siapa wanita yang paling kamu suka dan kamu pilih” ucap pak Kamal mengulang pertanyaannya lagi.
Andy hanya terdiam menundukkan kepalanya. Dia tak mengucapkan sepatah katapun. Aku mulai merasa aneh, aku melihat sosok Andy bukan seperti pacarku yang sudah aku pacari selama 4 tahun. Aku lesu melihat sikap pengecutnya itu, tulang-tulang ku seakan mendadak remuk.
“Andy, coba dompetnya bapak lihat dulu”
“Hah!! dompet pak. mau diapain?”
“Gak usah nanya, kasih aja dulu” kata pak Kamal sambil memaksa
“Ini pak”
“Hmmmm… Ini foto siapa? Tanya Pak Kamal menunjukkan foto yang terpajang di dompetnya.
Aku melirik untuk mengintip foto yang diperlihatkan oleh pak Kamal yang kebetulan duduk di sampingku. Aku betul-betul penasaran ingin melihat foto yang terpajang di dompet Andy, sudah pasti itu adalah orang spesial buat Andy. Aku mengangkat leherku dan sekali lagi mencoba untuk melihat foto tersebut.
“Oh my god.. thats me!”. Kataku dalam hati. Roh ku seperti melayang ke langit ke tujuh dan kupu-kupu khayalan mulai berterbangan keluar dari dalam hatiku.
“Ayo jawab” tanya Pak Kamal mulai membentak
“A.a.a.a..ku milih milih Cici Pak!” sahut Andy terbata-bata.
“Huuuuuuuu…”. Terdengar sorakan dari para murid. Sejak tadi ruangan BP sudah dipenuhi murid-murid yang serius menyaksikan wawancara kami, Ada yang berdiri di depan pintu, ada pula yang mengintip di balik jendela.
Sekali lagi aku katakan bahwa aku inigin sekali terbang ke langit ketujuh, saat Andy mengatakan itu, so sweet. Hihi….
Tuduhan bahwa Andy adalah laki-laki pengecut, aku tarik kembali. Aku akhirnya tau bahwa dia masih lelakiku. Di satu sisi aku memang bahagia karena Andy menyimpan fotoku di dompetnya, tapi di sisi lain aku sangat malu sebab di foto itu aku cuma pakai singlet alias baju tanpa lengan, dan karena kejadian itu pula Pak Kamal harus melihat fotoku dengan keadaan seperti itu. Boro-boro keren, fotogenik pun nggak.
“Nah Chicy, Ana, sekarang minta maaf pada Ayu”
Aku dan Ana pun mulai bersalaman sambil mengucap maaf pada Ayu, tapi rasa kesal dan cemburu ku masih belum hilang. Entah kenapa hatiku bisa seperti batu bara jika melihat Ayu, mungkin ini yang disebut sakit hati karena cinta.
“Ayu, gimana! mau kan terima maaf Ana dan Chicy” Tanya pak Hamka
“Tidak, aku tidak terima pak, aku mau mereka dikeluarkan. Kalau mereka tidak dikeluarkan aku akan lapor polisi karena tindak kekerasan”
Aku tersentak kaget mendengar ucapan Ayu, aku menelan air liur ku dalam dalam. Ana lalu menatapku dengan sorotan yang sangat tajam. Kubayangkan ada tanduk merah yang keluar dari kepala Ana. Aku kemudian menggenggam tangan Ana, mencoba meredam emosi sahabatku itu.
“Kamu dengar Chy, Ana! karena emosi sesat kalian akhirnya kalian harus menanggung resiko seperti ini” Pak Kamal mulai berceramah.
“Bapak tak bisa buat apa-apa, besok baru bisa diputuskan setelah Ibu Bapak Ayu datang menghadap. Bapak mau tahu keputusan orangtua Ayu dulu ”
“ya sudah kalian boleh ke kelas masing-masing, dan ingat Ana, Chicy, ini adalah kejadian terakhir yang kalian lakukan, Bapak tidak mau dengar ada kekerasan seperti ini lagi. Kalian ini sudah kayak orang kriminal aja..”
“Iya pak” sahut ku, berbarengan dengan Ana.
Aku dan Ana kemudian berdiri dan segera keluar dari ruang BP. Di belakangku ada Andy yang terus mengikutiku dan berusaha meminta maaf karena kesalahnnya itu, tapi aku berpura-pura tak mendengarnya dan tetap sibuk berbincang dengan Ana sambil berjalan menuju kelas kami. Dari jauh kulihat sudah ada Dahlia, Nini, Nurul dan Uli yang menanti kami di depan kelas.
“Gimana tadi? kalian gak diskors kan?” tanya Dahlia dengan mata melotot.
“Lebih buruk dari itu malah!!
“Kami diancam di DO dari sekolah, tapi keputusannya masih besok” seru Ana ikut menjelaskan
“Gila yah tu Ayu, sadis amat, seenaknya saja dia mau depak kita keluar. Emang dia fikir dia itu siapa?” gerutu Uli.
“Sabar yah Na, ini semua gara-gara aku. Nanti aku akan coba bicara sama pak Kamal agar dia tidak menghukum kamu, Na. Biar aku saja yang keluar, kan masih banyak SMA lain. Aku yang salah sudah mengikutkan kamu dalam masalahku ini. Kalau saja aku tidak beritahu kamu pasti gak akan seperti ini kejadiannya.”
“Ya gak gitu juga Chi, kalau kamu di DO aku juga akan keluar, aku yang salah karena tak bisa menahan emosiku. Lagipula aku puas kok, dia pantas dapet tamparan dariku, siapa suruh gangguin pacar sahabat ku tercinta, he he he. “We are best friend forever Chy, and no body can hold it.”
Ana kemudian merangkulku, disusul dengan sahabatku yang lain, dan kami pun berpelukan layaknya teletubbies. Airmataku yang kutahan sejak tadi kini tak terbendung lagi, perlahan-lahan memenuhi mukaku. Aku menangis terharu mendengar ucapan Ana barusan.
Tapi pada akhirnya keadaan malah berbalik dan dewi fortuna berpihak kepada kami. Aku dan Ana tak jadi dikeluarkan dari sekolah. Menurut kabar burung yang aku dengar, Ayu malu mendengar sindiran-sindiran halus mengenai dirinya karena pernyataan Andy saat itu yang ditonton banyak orang, makanya dia memutuskan untuk pindah sekolah, hingga keesokan paginya Ibu Ayu pun datang untuk mengambil surat pindah untuk Ayu.
Aku turut sedih mendengar keputusan Ayu tersebut, tapi ya itulah keputusan ayu sudah dipilihnya. Kenyataannya dia harus meninggalkan SMUN 1 Larompong dan pindah ke sekolah lain. Aku berharap suatu saat jika aku kembali bertemu dengan Ayu, hatiku sudah berdamai dan dia tak menganggapku musuh lagi. Kejadian ini adalah pelajaran berharga yang tak akan terlupakan dan akan kujadikan catatan sejarah dalam buku hidupku.
Finally, dengan beberapa kegilaan yang kami lakukan, kami tak pernah sekalipun menyesal akan hal itu. Kami menganggap, kami telah berhasil membuat sisa waktu kami di bangku putih abu-abu menjadi seperti pelangi yang penuh warna
And then “Mission completed!”
Kata orang pertemuan merupakan awal dari perpisahan, kini tiba saatnya hari perpisahan kami. Alhamdulillah kami semua lulus.
Setelah melihat pengumumuan kelulusan yang bertempat di kantor polisi tepat di depan rumahku, kami tak langsung pulang ke rumah. Aku dan sahabatku berencana merayakan kelulusan kami dengan acara makan-makan di rumah Sri. Kami mengundang semua teman sekelas kami, Saat itu Andy juga kami undang. Walaupun aku dan dia sudah putus, tapi aku masih menganggapnya sahabat. Aku memutuskan mengakhiri hubunganku dengan Andy karena saat itu aku punya pria idaman lain yang akhirnya malah membuatku menyesal meninggalkan cowok sebaik Andy.
Acara kami berlangsung menyenangkan dengan suara riuh oleh candaan teman–teman X.5, kebersamaan kami ini membuat kami berat untuk pulang ke rumah masing-masing. Kegembiraan yang mulanya menghias nuansa indah kebersamaan kami, tak lama kemudian berubah menjadi suasana yang mengharukan ketika satu persatu teman-temanku pamit untuk pulang ke rumah mereka. Kami pun larut dalam kesedihan hari ini, tanpa sadar akhirnya aku dan sahabatku pun menangis. Tak kusangka waktu tiga tahun selama ini, harus aku lepaskan dalam waktu sehari saja. Kami harus angkat kaki dan rela meninggalkan sekolah, tempat kami mengukir pengalaman indah kami. Ketika pertama kali memulai kisah sma bersama mereka, tak terbayang kalau saat ini aku pun harus ikhlas berpisah dari sahabat-sahabat gokil ku itu, dan tak bisa kupungkiri betapa beratnya ku lambaikan tangan pada mereka.
“Kita harus tetap saling kontek yah!! ucap Dahlia sambil berlinang air mata.”
“Pasti.. pasti” jawabku, lalu aku dan sahabatku yang lain pun memeluk Dahlia dengan isak tangis.
Cerpen Karangan: Ceria Eltasari
Blog: ceriaeltasari.blogspot.com
Just call me “cici” . Saya adalah wanita moody yang sangat benci dengan binatang bernama cicak. Saya suka menulis, traveling, menyanyi dan shoping. Kekuranganku adalah punya sifat pelupa, dan… kelebihanku aku tak bisa jelaskan, karena menurut saya kelebihan itu sama seperti kecantikan yang sifatnya relatif, tergantung dilihat dari sudut pandang mana dan siapa yang melihat kita.
Kurang lebih setengah jam kuhabiskan di depan kaca untuk berdandan secantik mungkin sebelum bergegas ke sekolah dengan sepeda kendaraan kesayanganku, Memang kendaraan yang satu ini tidak bisa dikendarai dengan gratis, setiap harinya minimal aku harus mengeluarkan budget Rp 5.000 untuk membeli bensin. Dialah Yamaha vega andalanku yang menjadi pahlawanku selama ini.
Sepanjang perjalanan aku bernyanyi dan bersuka ria penuh semangat membayangkan akan hal-hal menyenangkan seperti bertemu teman-teman baru dan sang pujangga hati ku, Andy. Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya aku sampai di sekolah. Jarak antara sekolah dan rumahku tidak begitu jauh jadi, hanya butuh waktu 10 sampai 15 menit untuk sampai di sekolah.
“Sial! Lari nggak pake mata apa ya.. gue gorok masuk neraka loh.” rutuk Dahlia. Dengan wajah masam ia mulai jongkok untuk merapikan buku-buku yang terjatuh. Spontan aku langsung membantu Dahlia memungut buku buku yang tergeletak di lantai.
“Kasihan banget. Bukunya jatuh semua ya” candaku dengan senyum manisku. Sejenak Dahlia berhenti merapikan buku-buku, ia mencoba mencari orang yang berani menabraknya. Ternyata dia lagi. Cowok berpostur tinggi, putih yang akrab disapa Fitrah. Aku tau Dahlia benci banget sama cowok itu, Mungkin seumur hidup Dahlia nggak bakal bersikap baik sama cowok itu.
Mengingat buku ini harus diantar ke ruangan Ibu Evi, guru mata pelajaran matematika yang cantik tapi duper super jutek kami harus cepat-cepat merapikan buku yang tercecer di lantai, lalu segera membawanya.
“Sudahlah dahlia, sabar yah, nanti juga lama-lama kepincut sama kamu. Heheh”. candaku lagi sambil merangkul bahunya.
“Idiih, cuiihhh amit-amit deh, gak mungkin juga gue mau sama cowok dekil, kumal dan jarang sikat gigi itu, ichhh.” Jawab Dahlia dengan ekspresi jijay nya.
“Chi..!!!”
Aku menoleh untuk melihat siapa yang memanggilku. Ternyata dari kejauhan Ana temanku sejak sd sedang berlari ke arahku.
“Woe non, budeg ya? Nggak denger teriakan gue. Temen macem apaan yang nggak nyaut sapaan temennya sendiri.” ucap Ana dengan bibir monyong. Ciri khas cewek kulit putih tersebut kalau lagi ngambek.
“Sorry deh na’. Gue lagi sibuk ngehibur cewek yang lagi bad mood ini”. Sambil melirik ke arah Dahlia yang memasang tampang cemberut.
“Bad mood? Kenapa?” tanya Ana bengong.
Si Yellow tooth yang jelek itu lagi-lagi cari perkara sama aku.
Sejenak Ana terdiam, lalu perlahan bibirnya tersenyum tipis. “Kenapa sih kalian berdua selalu berantem? Mungkin gak sih si Fitrah suka sama loh tapi dia gengsi dan Cuma bisa mendekati kamu dengan cara menjahili kamu Dahlia.”
“Tau ah gelap!”
Bel pulang berbunyi nyaring bertanda jam pelajaran telah usai. Cuaca yang sedemikian panas tak menciutkan niat para siswa SMAN 1 Larompong bergegas pulang ke rumah. Anak-anak sudah membereskan buku-bukunya. Sedangkan aku masih berkutat pada buku catatanku lalu sesekali menoleh ke papan tulis.
“Makanya kalau nulis jangan kayak keong donk.” Dengan gemas Ana menjitak kepalaku.
“Duluan ya, Chi, nyokap suruh pulang cepet nih!” Aku hanya mendengus lalu kembali sibuk dengan catatanku. Sementara Dahlia, Uli, Nurul dan Nini tetap di tempatnya dan menungguku.
Esok harinya aku berangkat lebih awal ke sekolah, karena jam pertama diisi dengan mata pelajaran kimia yang dibawakan oleh Ibu Kartini. Kabarnya guru yang satu ini sangat kejam dan tak punya sifat tolelir. Ibu Kartini adaah guru yang sangat tegas, disiplin dan paling rajin ngasih tugas.
“Doorr” ucap ku, sambil menepuk pundak Kalsum, teman baruku di kelas X5.
“Iikhh chicy buat aku kaget saja” ucap kalsum.
“Hehehe, habis kamu melamun sih, masih pagi tau jangan melamun” canda ku
“Hehehe, iya deh iya bawel” ucap kalsum, sambil tersenyum
“Memangnya kamu lagi ngelamunin apa sih kalsum?” Tanya ku
“Aku gak ngelamunin apa-apa kok” ucap kalsum
“Ah maca ciiihhh?” Ucap ku menggoda kalsum
“Iya bener kok” jawab kalsum
“Teeeeeeet… Teeeeeeet…” (bel sekolah pun berbunyi)
“Eh udah bel tuh, masuk yuk” seruku lalu menuju ke kelas dengan menggandeng tangan kalsum.
Pemandangan kelas pagi ini nampak rapih, tak ada suara gaduh, tak ada yang wara-wiri, semuanya duduk rapih di tempatnya masing-masing.
“Kalau bukan Ibu kartini yang masuk gak mungkin kelas setenang ini.” ucapku sambil tersenyum geli
“Ya iyalah, secara kelas ini adalah kandang tikus, lho tau sendiri kelakuan anak-anak X.5 gimana. Kalau gak ada si kucing yang datang gak mungkin si tikus-tikus calm down begini, hahaha.” jawab Dahlia pelan sambil tertawa kecil.
Detik demi detik kami lalui dengan hati yang berdebar-debar, seperti bom waktu yang menunggu waktu untuk meledak. Yah, aku sedang membayangkan tentang kebiasaan ibu Kartini yang selalu menyuruh murid mengerjakan soal di papan tulis secara bergiliran.
“Semoga aja bukan gue, ya tuhan peuhlisss!!” ucapku dalam hati.
Satu persatu nama teman-teman ku mulai dipanggil. Beberapa temanku harus ihklas berdiri di samping papan tulis karena tak bisa mengerjakan tugas yang diberikan.
Belum sempat selesai berdoa, tiba-tiba saja aku mendengar sura lantang Ibu Kartini menyebut namaku.
“Chicy, naik ke atas kerjakan soal nomor 5 yah”
Dan kali ini lagi-lagi Tuhan tak mengabulkan doaku. Ibu Kartini akhirnya menyebut namaku. Aku berjalan ke depan dengan langkah kaki yang pelan, rasanya seperti ada sebuah batu besar yang bergelantung di kakiku. Sebenarnya bukan takut yang aku rasakan tapi lebih pada rasa malu jika harus berdiri bersama dengan anak lainnya. Bagaimana tidak, ada puluhan murid yang bakal menontonku.
“Cepat dikerjakan Chi” ucap ibu Kartini.
“I…i…iya bu” sahutku sambil mengangguk.
“Teeettt… Teeeeettt…” Saat hendak menulis, terdengar bunyi bel pertanda jam istirahat pertama. Aku menarik nafas panjang, aku lega sekali mendengar suara bel itu.
“Baiklah anak-anak, minggu depan ibu sambung lagi. Sekarang buka halaman 154 dan kerjakan soalnya..” ucap Ibu kartini sembari menunjukkan soal yang akan menjadi tugas minggu depan. Tugas adalah wajib setiap kali ada mata pelajaran kimia, itulah ibu Kartini, bidadariku yang paling baik hati.
Setelah Ibu Kartini keluar dari ruangan aku pun kembali ke tempatku sambil jingkrak-jingkrak kegirangan.
“Alhamdulillah ya… hehehe” ucap Dahlia sambil cengengesan. Aku hanya tersenyum lebar mendengarnya.
Setahun sudah berlalu dan sekarang aku resmi menyandang status “SENIOR”, eitss tapi aku bukan tipikal senior yang gila hormat seperti kebanyakan murid di sekolahku.
Setelah bel istirahat berbunyi, aku segera mengambil dompet dalam tas. Aku, Nini, Ana, Nurul, Uli dan Dahlia pergi ke kantin favorit kami yang terletak di belakang mushollah sekolah, Hendak memberi makan cacing-cacing yang mulai berdemo ria sekaligus membicarakan soal issu yang yang baru saja membuatku kesal gak ketulungan. Sayang sekali Sri, temanku ku dari sd gak bisa ikut bergabung, dia ditempatkan di sekolah yang lumayan jauh dari sekolah kami, lantaran jumlah siswa yang diterima di SMUN 1 Larompong terbatas.
Enam sekawan ini, memang hobi sekali jajan bakwan, hampir setiap hari kalau lagi istirahat jajannya itu melulu. Enggak ada bosen-bosennya deh. bahkan seringkali aku membawa makanan ini pulang ke rumah. Bakwan adalah menu andalan di kantin kesayangan kami itu. Tempat yang paling asyik kalau lagi jajan bakwan yah di kantinnya Ma’yu, dan duduk di bangku yang dekat jendela, Hmm… mengademkan diri?. Ma’yu adalah panggilan akrab kami pada pemilik kantinnya.
“Mau pesen bakwan kan?” teriak ma’yu.
“Ma’yu, paranormal ya?” tanyaku serius.
“Bukan… bukan..” jawabnya.
“Memang kenapa gitu, Chi?” tanya Nurul kepadaku.
“Mba ini, udah tahu kalau kita mau makan bakwan” ucapku
“Haha, dasar oon!!!, ya iya lah, kita kan sering ke kantin buat jajan bakwan” Celoteh Ana.
“Hahaha..” terdengar tawa sahabat-sahabatku yang saling bersahut-sahutan.
“Ihh, kenapa kalian jadi ketawa sih?” gerutuku kesal.
“Abisnya kamu ituuu..” ucap Ana.
“Kamu apa?” tanyaku semakin kesal.
“Sudah… sudah, jadi nggak pesen bakwannya?” tanya ma’yu yang ikut kesal.
“Hehehe… jadi donk, aku pesen 5000 yah.” Seru ku.
“Yaa, tunggu sebentar..” jawab pelayan kantin sambil berlalu.
“Kok banyak amat sih, Na?, emang mau dimakan semua sekarang?” tanya Uli.
“Iya donk” jawab ku dengan ekspresi datar.
“Glek..” Uli hanya menelan ludah mendengar, pesananku sebanyak itu
Beberapa saat kemudian, bakwan pesanan kami pun datang. Tak perlu menunggu lama aku segera menyantap bakwan dengan campuran sambel dan kecap yang sudah saya racik sedemikian rupa.
“Kok kalian semua, ngeliatin aku sih?, ada yang aneh ya?” tanya ku sambil melotot ke mereka.
“Udah berapa hari nggak makan, Chi?” tanya Nurul dengan mata sedikit terbelalak menyaksikan ku yang makan begitu rakusnya.
“Tadi pagi juga sarapan kok” ucap ku dengan ekspresi datarnya sambil terus makan. Tak ada kata yang mampu diucapkan teman-temanku lagi, mereka hanya bisa menggeleng-geleng kepala ke kiri dan ke kanan beberapa kali, dan melanjutkan menyantap bakwan hingga tak tersisa.
“Mungkin kita harus buat program deh!” ucap nurul.
“Program apa?” tanya Nurul.
“Program diet untuk Chici” jawab Dahlia.
“Ah kamu ini, buat aku sensi aja sih” timpal Nurul yang kebetulan punya tubuh yang agak lebih gemuk dibanding aku.
Aku yang sedang menikmati air mineral dinginku, kemudian tersedak. “Uhuk… Uhukkk..” Nini terlihat menepuk-nepuk pundakku.
“Wahh, iya… boleh juga tuh” timpal Nini.
“Aku nggak setuju ah” jawabku sambil memegang lehernya.
“HA… HA… HA… maaf deh maaf, lupa” seru Dahlia dan dengan spontannya mencium pipi Nurul. Sementara itu Uli terus mencubit pahaku, membuatku teriak-teriak kesakitan.
Kebiasaan aneh uli ini sudah ada sejak aku pertama kali bertemu, Uli akan spontan mencubit seseorang yamg ada di dekatnya jika ia merasa lucu. Semua sahabatku sudah biasa dengan kebiasaan aneh uli itu.
Seketika suasana kantin jadi riuh dengan canda tawa kami. Setelah menghabiskan makananku, aku dan yang lainnya tak lantas pergi, kami masih duduk di tempat kami masin-masing. Mata pelajaran kedua lagi kosong karena gurunya sedang berhalangan, jadi kami masih bisa santai di kantin.
Konfrensi meja bundar pun digelar. Kantin ini jadi saksi Rencana besar kami. DIZZQ pun mulai menyusun rencana serangan. Dizzq adalah nama genk yang kami resmikan sebaga nama genk persatuan kami. Aku bersyukur dipertemukan dengan sahabat-sahabat seperti mereka, Mereka adalah pasukan terhebat yang aku miliki. Tidak hanya hebat dalam hal gosip-menggosip, mereka juga paling jago dalam hal serang-menyerang. Dua orang sahabatku Ana dan Dahlia adalah yang paling sensitif saat ada perkara. Ana dengan tubuhnya yang mirip bodyguard dan ucapannya yang setajam silet bisa membuat hati seseorang terobek-robek, lalu Dahlia yang meskipun tubuhnya yang kurus kayak tengkorak hidup tapi nyalinya sebesar lapangan basket sekolah, dia paling hobby tuh adu mulut, Kalau lagi marah bisa seperti harimau buas yang siap mencincang. Dua gadis itulah yang menjadi team pembela saat salah seorang di antara kami terlibat masalah, tapi dibalik sikap mereka itu ada hal lain yang paling membanggakanku yaitu kesetiakawanan mereka, Bagiku sifat itu adalah harta mereka yang paling aku kagumi. Itulah alasan kenpa aku tetap bertahan bersama mereka, meskipun aku selalu jadi sasaran kejahilan mereka.
“Chi, gimana? kita langsung labrak aja lah sekarang!” Tanya Ana dengan tampang seperti serigala yang sedang marah. Aku saja takut melihat wajahnya yang mulai memerah.
“Iya, tapi janji yah kamu jangan maen tangan yah, perang mulut aja lah! Bisa buat dia takut aja udah buat aku puas banget, na.”
“Ok siiip!!”.
“Cewek itu memang gatal tau. Gaplok aja sekalian. Udah tau si Andy udah punya pacar masih saja keganjenan, trus mau aja gitu dijadiin cadangan”. Sahut Nurul yang paling jago dalam hal ngomporin orang.
“Iya betul. Wajib dibasmi tuh kutu ganjen”. Balas Uli
Akhirnya setelah konfrensi kami selesai, Aku dan sahabatku kemudian janjian ketemu dengan cewek itu di belakang kelas XI 4 yang sengaja kami pilih karena letaknya pas di samping kelas kami. Sebut saja dia Ayu.
Tak lama kemudian Ayu pun datang dengan salah seorang temannya, dengan langkah kaki yang mendayu bagaikan seorang model.
“Yu, aku mau nanya dan gak pake bohong yah?”. Tanyaku dengan nada suara yang agak tinggi.
“Mau Tanya apa?” jawab ayu dengan santainya
“Apa benar kamu jadian sama Andy?”
“Gak kok! gak sama sekali.”
“Ngaku aja lah! Kabar yang aku peroleh gak mungkin omomg kosong!! sudah beberapa hari ini issu itu senter aku dengar dari temen-temen. well, kebakaran gak akan terjadi kalau gak ada api, yu. Kamu tau kan aku sekarang masih resmi jadi pacarnya Andy dan hampir seisi sekolah tau itu.” Seruku sambil mendekatkan wajahku ke wajah ayu.
“Beneran gak kok” ucap Ayu ngeles
Aku dan sahabat-sahabatku terus mendesak tapi jawabannya tetap tidak. Tak lama kemudian, “Plakkk..!!!” sahabatku Ana ternyata tak menepati janji, Ia mulai hilang kendali dan menerjunkan tamparan cantiknya ke muka cewek itu. Pipi kanan Ayu merah dengan bekas tangan Ana, dan wajahnya pun mulai memucat. Sebenarnya ada sedikit rasa iba melihatnya takut. Tapi rasa itu tertutupi oleh kekesalakanku padanya.
“Ini kekerasan.” Teriak teman Ayu yang datang menemani Ayu saat itu. Aku tak bisa menangkis tangan Ana yang secepat kilat. Aku tahu perasaan ana yang simpatik padaku, tapi sungguh bukan tindakan seperti itu yang aku harapkan.
Nasi sudah jadi bubur, setelah peristiwa tamparan itu Ayu langsung melaporkan kejadian itu, dan akhirnya kami diseret ke ruang BP. Saat aku dan Ana sampai di ruangan, disana sudah ada Andy, Ayu, Pak Kamal dan murid-murid dari kelas lain yang mulai berdatangan satu persatu seperti semut yang sedang mengerumuni gula.
Saat itu aku merasa seperti berada di ruang sidang yang dihadapkan dengan kasus pembunuhan. Ini pertama kalinya aku dipanggil ke ruangan BP dari sekian banyak kenakalan dan kegilaan yang sudah aku lakukan bersama sahabat-sahabatku, dan itulah konsekuensi yang harus aku pertanggung jawabkan. Hanya aku dan Ana yang dipanggil, temanku yang lain dibebaskan karena mereka hanya ikut menonton saja waktu itu. Masalah ini membuatku merasa seperti ada kotoran sapi yang dilempar kemukaku, aku benar-benar malu, dan bukannya merasa takut. Rasa malu yang hebat karena harus ditonton puluhan siswa karena kasus seperti ini. Kalau saja kasusnya bukan karena masalah cemburu buta mungkin aku gak akan tertunduk terus seperti ini.
“Oh my God this is very embarrassing.” Ucapku dalam hati.
Pertanyaan demi pertanyaan kini dilontarkan kepada aku dan Ana. Tapi aku cuma bisa diam, aku gengsi untuk mengatakan bahwa aku terlampau cemburu saat itu. Aku muak sekali melihat tampang Ayu yang pura-pura polos di depan Pak Kamal.
“Andy, sekarang kamu harus memilih supaya kegaduhan dan kekerasan seperti ini tidak terjadi lagi.” Tanya pak Kamal dengan tegas.
“Milih?” ucap Andy bingung dan tampak seperti berfikir sesuatu
“Iya milih, kamu gak mungkin lah poligami sepereti ini. parah banget kamu, Ndy. Baru aja kelas 2 sma udah pinter poligami” kata Pak kamal menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Masa poligami sih pak, aku kan belum nikah sama mereka”
“Ah kamu ini bisanya protes melulu, sekarang ayo katakan dengan jujur siapa wanita yang paling kamu suka dan kamu pilih” ucap pak Kamal mengulang pertanyaannya lagi.
Andy hanya terdiam menundukkan kepalanya. Dia tak mengucapkan sepatah katapun. Aku mulai merasa aneh, aku melihat sosok Andy bukan seperti pacarku yang sudah aku pacari selama 4 tahun. Aku lesu melihat sikap pengecutnya itu, tulang-tulang ku seakan mendadak remuk.
“Andy, coba dompetnya bapak lihat dulu”
“Hah!! dompet pak. mau diapain?”
“Gak usah nanya, kasih aja dulu” kata pak Kamal sambil memaksa
“Ini pak”
“Hmmmm… Ini foto siapa? Tanya Pak Kamal menunjukkan foto yang terpajang di dompetnya.
Aku melirik untuk mengintip foto yang diperlihatkan oleh pak Kamal yang kebetulan duduk di sampingku. Aku betul-betul penasaran ingin melihat foto yang terpajang di dompet Andy, sudah pasti itu adalah orang spesial buat Andy. Aku mengangkat leherku dan sekali lagi mencoba untuk melihat foto tersebut.
“Oh my god.. thats me!”. Kataku dalam hati. Roh ku seperti melayang ke langit ke tujuh dan kupu-kupu khayalan mulai berterbangan keluar dari dalam hatiku.
“Ayo jawab” tanya Pak Kamal mulai membentak
“A.a.a.a..ku milih milih Cici Pak!” sahut Andy terbata-bata.
“Huuuuuuuu…”. Terdengar sorakan dari para murid. Sejak tadi ruangan BP sudah dipenuhi murid-murid yang serius menyaksikan wawancara kami, Ada yang berdiri di depan pintu, ada pula yang mengintip di balik jendela.
Sekali lagi aku katakan bahwa aku inigin sekali terbang ke langit ketujuh, saat Andy mengatakan itu, so sweet. Hihi….
Tuduhan bahwa Andy adalah laki-laki pengecut, aku tarik kembali. Aku akhirnya tau bahwa dia masih lelakiku. Di satu sisi aku memang bahagia karena Andy menyimpan fotoku di dompetnya, tapi di sisi lain aku sangat malu sebab di foto itu aku cuma pakai singlet alias baju tanpa lengan, dan karena kejadian itu pula Pak Kamal harus melihat fotoku dengan keadaan seperti itu. Boro-boro keren, fotogenik pun nggak.
“Nah Chicy, Ana, sekarang minta maaf pada Ayu”
Aku dan Ana pun mulai bersalaman sambil mengucap maaf pada Ayu, tapi rasa kesal dan cemburu ku masih belum hilang. Entah kenapa hatiku bisa seperti batu bara jika melihat Ayu, mungkin ini yang disebut sakit hati karena cinta.
“Ayu, gimana! mau kan terima maaf Ana dan Chicy” Tanya pak Hamka
“Tidak, aku tidak terima pak, aku mau mereka dikeluarkan. Kalau mereka tidak dikeluarkan aku akan lapor polisi karena tindak kekerasan”
Aku tersentak kaget mendengar ucapan Ayu, aku menelan air liur ku dalam dalam. Ana lalu menatapku dengan sorotan yang sangat tajam. Kubayangkan ada tanduk merah yang keluar dari kepala Ana. Aku kemudian menggenggam tangan Ana, mencoba meredam emosi sahabatku itu.
“Kamu dengar Chy, Ana! karena emosi sesat kalian akhirnya kalian harus menanggung resiko seperti ini” Pak Kamal mulai berceramah.
“Bapak tak bisa buat apa-apa, besok baru bisa diputuskan setelah Ibu Bapak Ayu datang menghadap. Bapak mau tahu keputusan orangtua Ayu dulu ”
“ya sudah kalian boleh ke kelas masing-masing, dan ingat Ana, Chicy, ini adalah kejadian terakhir yang kalian lakukan, Bapak tidak mau dengar ada kekerasan seperti ini lagi. Kalian ini sudah kayak orang kriminal aja..”
“Iya pak” sahut ku, berbarengan dengan Ana.
Aku dan Ana kemudian berdiri dan segera keluar dari ruang BP. Di belakangku ada Andy yang terus mengikutiku dan berusaha meminta maaf karena kesalahnnya itu, tapi aku berpura-pura tak mendengarnya dan tetap sibuk berbincang dengan Ana sambil berjalan menuju kelas kami. Dari jauh kulihat sudah ada Dahlia, Nini, Nurul dan Uli yang menanti kami di depan kelas.
“Gimana tadi? kalian gak diskors kan?” tanya Dahlia dengan mata melotot.
“Lebih buruk dari itu malah!!
“Kami diancam di DO dari sekolah, tapi keputusannya masih besok” seru Ana ikut menjelaskan
“Gila yah tu Ayu, sadis amat, seenaknya saja dia mau depak kita keluar. Emang dia fikir dia itu siapa?” gerutu Uli.
“Sabar yah Na, ini semua gara-gara aku. Nanti aku akan coba bicara sama pak Kamal agar dia tidak menghukum kamu, Na. Biar aku saja yang keluar, kan masih banyak SMA lain. Aku yang salah sudah mengikutkan kamu dalam masalahku ini. Kalau saja aku tidak beritahu kamu pasti gak akan seperti ini kejadiannya.”
“Ya gak gitu juga Chi, kalau kamu di DO aku juga akan keluar, aku yang salah karena tak bisa menahan emosiku. Lagipula aku puas kok, dia pantas dapet tamparan dariku, siapa suruh gangguin pacar sahabat ku tercinta, he he he. “We are best friend forever Chy, and no body can hold it.”
Ana kemudian merangkulku, disusul dengan sahabatku yang lain, dan kami pun berpelukan layaknya teletubbies. Airmataku yang kutahan sejak tadi kini tak terbendung lagi, perlahan-lahan memenuhi mukaku. Aku menangis terharu mendengar ucapan Ana barusan.
Tapi pada akhirnya keadaan malah berbalik dan dewi fortuna berpihak kepada kami. Aku dan Ana tak jadi dikeluarkan dari sekolah. Menurut kabar burung yang aku dengar, Ayu malu mendengar sindiran-sindiran halus mengenai dirinya karena pernyataan Andy saat itu yang ditonton banyak orang, makanya dia memutuskan untuk pindah sekolah, hingga keesokan paginya Ibu Ayu pun datang untuk mengambil surat pindah untuk Ayu.
Aku turut sedih mendengar keputusan Ayu tersebut, tapi ya itulah keputusan ayu sudah dipilihnya. Kenyataannya dia harus meninggalkan SMUN 1 Larompong dan pindah ke sekolah lain. Aku berharap suatu saat jika aku kembali bertemu dengan Ayu, hatiku sudah berdamai dan dia tak menganggapku musuh lagi. Kejadian ini adalah pelajaran berharga yang tak akan terlupakan dan akan kujadikan catatan sejarah dalam buku hidupku.
Finally, dengan beberapa kegilaan yang kami lakukan, kami tak pernah sekalipun menyesal akan hal itu. Kami menganggap, kami telah berhasil membuat sisa waktu kami di bangku putih abu-abu menjadi seperti pelangi yang penuh warna
And then “Mission completed!”
Kata orang pertemuan merupakan awal dari perpisahan, kini tiba saatnya hari perpisahan kami. Alhamdulillah kami semua lulus.
Setelah melihat pengumumuan kelulusan yang bertempat di kantor polisi tepat di depan rumahku, kami tak langsung pulang ke rumah. Aku dan sahabatku berencana merayakan kelulusan kami dengan acara makan-makan di rumah Sri. Kami mengundang semua teman sekelas kami, Saat itu Andy juga kami undang. Walaupun aku dan dia sudah putus, tapi aku masih menganggapnya sahabat. Aku memutuskan mengakhiri hubunganku dengan Andy karena saat itu aku punya pria idaman lain yang akhirnya malah membuatku menyesal meninggalkan cowok sebaik Andy.
Acara kami berlangsung menyenangkan dengan suara riuh oleh candaan teman–teman X.5, kebersamaan kami ini membuat kami berat untuk pulang ke rumah masing-masing. Kegembiraan yang mulanya menghias nuansa indah kebersamaan kami, tak lama kemudian berubah menjadi suasana yang mengharukan ketika satu persatu teman-temanku pamit untuk pulang ke rumah mereka. Kami pun larut dalam kesedihan hari ini, tanpa sadar akhirnya aku dan sahabatku pun menangis. Tak kusangka waktu tiga tahun selama ini, harus aku lepaskan dalam waktu sehari saja. Kami harus angkat kaki dan rela meninggalkan sekolah, tempat kami mengukir pengalaman indah kami. Ketika pertama kali memulai kisah sma bersama mereka, tak terbayang kalau saat ini aku pun harus ikhlas berpisah dari sahabat-sahabat gokil ku itu, dan tak bisa kupungkiri betapa beratnya ku lambaikan tangan pada mereka.
“Kita harus tetap saling kontek yah!! ucap Dahlia sambil berlinang air mata.”
“Pasti.. pasti” jawabku, lalu aku dan sahabatku yang lain pun memeluk Dahlia dengan isak tangis.
Cerpen Karangan: Ceria Eltasari
Blog: ceriaeltasari.blogspot.com
Just call me “cici” . Saya adalah wanita moody yang sangat benci dengan binatang bernama cicak. Saya suka menulis, traveling, menyanyi dan shoping. Kekuranganku adalah punya sifat pelupa, dan… kelebihanku aku tak bisa jelaskan, karena menurut saya kelebihan itu sama seperti kecantikan yang sifatnya relatif, tergantung dilihat dari sudut pandang mana dan siapa yang melihat kita.
DIA SUDAH MATI
Hembusan angin membuat langkah kaki semakin berat, suasana sepi membutku merasakan dinginnya malam, suara penghuni malam seakan terus memanggil, dan perasaan yang ada sekarang hanyalah rasa takut. Aku terus berjalan dengan sikap waspada, seakan ada sepasang mata yang sedang memperhatikan ku. sesekali ku arahkan pandangan ku ke seluruh penjuru, namun tak ku dapati apa-apa, yang ku lihat hanyalah hewan malam yang beterbangan. Aku pun tarus melangkah melanjutkan perjalanan yang tak jelas tujuanya. Ku arahkan kembali pandangan ku ke sekelilingku untuk mencari sesosok yang hidup namun tetap tak ku dapati apapun.
Semakin ku coba untuk menenangkan diri semakin besar pula rasa takut ku. Namun aku tetap terus berjalan, dan ku arah kan kembali pandangan ku untuk memastikan keadaan di sekelilingku dan kudapati seorang gadis tengah duduk sendiri. Ku hampiri gadis itu dengan perasaan yang tak menentu. “se… sedang apa kamu di sini?” tanyaku dengan gugup, namun dia hanya diam dan menunduk.
Tanpa menunggu apapun aku langsung pergi berlalu meninggalkan gadis itu. Rasa takut ku semakin besar dan pertanyaan-pertanyaan aneh mulai ada di benakku… kejadian itu membuat langkah kaki ku berjalan tak beraturan, namun aku terus melangkahkannya…
Aku mulai berlari-lari kecil, berharap dapat segera menemukan apa yang aku cari. Namun seketika langkah ku terhenti saat ku mendengar suara tangis seorang gadis. Aku mulai mencari sumber suara itu dan ku dapati seorang gadis tengah duduk menangis di tepi danau. Dengan diikuti rasa takut aku mencoba mendekatinya dan bertanya “se… sedang apa kamu disini?” namun dia hanya diam dan tak menjawab satu patah katapun, aku semakin merasa penasaran dan mencoba untuk lebih dekat padanya “Ke…napa kamu menangis” tapi dia tetap diam dan seketika aku terkejut saat dia memandang ku dengan tatapan mata yang tajam seakan ingin menerkam ku, aku pun terjatuh dan dia mulai mendekati ku. Dan “hha, cuma mimpi. Untung cuma mimpi” aku menatap jam dinding di kamar ku yang menunjukan sudah pukul 07:05. “wahh… telat, duhh… gimana nih?” gelagapan menyiapkan peralatan sekolah.
Sejak aku bermimpi tentang gadis misterius itu aku jadi ngerasa aneh, ngerasa gak tenang, seperti ada yang sedang mengikutiku dan memperhatikan ku. Sore itu sepulang sekolah aku berjalan sendiri, tiba-tiba terlihat seorang gadis berlari ke arah ku, dan menarik ku, mengajak ku bersembunyi. Aku heran dan tak mengerti kenapa gadis ini menarik dan mengajak ku bersembunyi seakan ada yang mengerjarnya tapi siapa? dan kenapa? “siapa kamu?” tanyaku heran, tapi dia hanya diam dan tak menjawab pertanyaan ku, membuat aku semakin binggung, “kenapa…” (terputus) “sssuuuttt!!!” aku pun langsung terdiam.
Tak lama muncul dua orang laki-laki berbadan besar, dan sepertinya mereka sedang mencari gadis ini. Setelah mereka pergi gadis itu pun mengajakku keluar. “mereka mencari mu” pertanyaan yang dari tadi mengganggu pikiran ku akhirnya ku lontarkan, “iya.” Jawabnya singkat. “tapi kenapa” tanyaku lagi, penasaran, “udah, nanti aja aku ceritakan, sekarang kita cari tempat yang aman dulu.” Jawabnya sambil celingukan kebingungan, “ya udah, ke rumah ku aja gak jauh kok” ajak ku
“Jadi kenapa mereka mencari mu?” tanyaku penasaran ingin tau…
“Oo, iya aku Tarra” menjulurkan tangan.
“Aku Jessi, jadi kenapa mereka mencarimu?” menanyakan kembali
“Aku juga gak tau, akhir-akhir ini aku diteror dan aku diancam ingin dibunuh!”
“Apa… tapi kenapa? Kenapa mereka mau ngebunuh kamu?
“Sebenarnya aku mengetahui suatu rahasia mereka, mungkin karena itu mereka mencari ku.”
“Rahasia!!! Rahasia apa?”
“Beberapa hari lalu… sepulang kerja aku melihat mereka membuang sesuatu di danau! Dan ketika aku perhatikan ternyata itu mayat seorang gadis!”
“Mayat!!! Apa mereka yang membunuhnya?”
“Aku gak tau, yang pasti sekarang aku sangat butuh bantuanmu!”
“Apa?”
“Aku mau kamu datang ke alamat ini” memberikan secarik kertas
“Alamat siapa ini?”
“Itu alamat tempat tinggal orangtua ku, besok mamah aku ulang tahun dan aku mau kamu kasih ini ke dia” menyodorkan sebuah kotak berwarna coklat
“Apa ini?”
“Ini kado buat mamah aku?”
“Kenapa gak kamu aja yang ngasih langsung?”
“Gak mungkin… orang-orang jahat itu sekarang tau tempat tinggal aku, tempat kerja aku, mereka juga udah berusaha untuk bunuh aku dan bukan gak mungkin mereka akan ngelukain keluarga aku juga, kalau mereka tau tempat tinggal orang tua ku, aku gak mau mereka terluka aku sayang banget sama mereka. Jadi aku minta tolong sama kamu. kamu mau kan bantu aku?”
“Ok, besok aku akan cari alamat orangtua kamu, dan aku akan kasih tau semuanya sama mamah kamu, dan utuk sementara kamu tinggal disini aja dulu sampai semua terkendali”
“Iya, makasih ya Jess…”
“Oo, iya aku Tarra” menjulurkan tangan.
“Aku Jessi, jadi kenapa mereka mencarimu?” menanyakan kembali
“Aku juga gak tau, akhir-akhir ini aku diteror dan aku diancam ingin dibunuh!”
“Apa… tapi kenapa? Kenapa mereka mau ngebunuh kamu?
“Sebenarnya aku mengetahui suatu rahasia mereka, mungkin karena itu mereka mencari ku.”
“Rahasia!!! Rahasia apa?”
“Beberapa hari lalu… sepulang kerja aku melihat mereka membuang sesuatu di danau! Dan ketika aku perhatikan ternyata itu mayat seorang gadis!”
“Mayat!!! Apa mereka yang membunuhnya?”
“Aku gak tau, yang pasti sekarang aku sangat butuh bantuanmu!”
“Apa?”
“Aku mau kamu datang ke alamat ini” memberikan secarik kertas
“Alamat siapa ini?”
“Itu alamat tempat tinggal orangtua ku, besok mamah aku ulang tahun dan aku mau kamu kasih ini ke dia” menyodorkan sebuah kotak berwarna coklat
“Apa ini?”
“Ini kado buat mamah aku?”
“Kenapa gak kamu aja yang ngasih langsung?”
“Gak mungkin… orang-orang jahat itu sekarang tau tempat tinggal aku, tempat kerja aku, mereka juga udah berusaha untuk bunuh aku dan bukan gak mungkin mereka akan ngelukain keluarga aku juga, kalau mereka tau tempat tinggal orang tua ku, aku gak mau mereka terluka aku sayang banget sama mereka. Jadi aku minta tolong sama kamu. kamu mau kan bantu aku?”
“Ok, besok aku akan cari alamat orangtua kamu, dan aku akan kasih tau semuanya sama mamah kamu, dan utuk sementara kamu tinggal disini aja dulu sampai semua terkendali”
“Iya, makasih ya Jess…”
Keesokan paginya aku ngerasa ada yang aneh dari Tarra dari kemarin dia terlihat pucat, dan sampai pagi ini pun dia belum ada makan.
“Rra, kamu sakit? Muka kamu pucat banget?”
“Enggak, aku gak papa. Kamu jadi kan ke rumah mamah aku?”
“Iya, bentar lagi aku berangkat!, kamu makan dulu gie, muka kamu pucat banget tuh, ntar kamu sakit. Tangan kamu juga dingin banget, kaya mayat idup aja”
“Udah gak papa kok, kamu pergi gie!”
“ya udah, aku pergi tapi kamu hati-hati ya di rumah, jangan kemana-mana dan jangan buka pintu kalau bukan aku yang datang.”
“Iya.”
“Rra, kamu sakit? Muka kamu pucat banget?”
“Enggak, aku gak papa. Kamu jadi kan ke rumah mamah aku?”
“Iya, bentar lagi aku berangkat!, kamu makan dulu gie, muka kamu pucat banget tuh, ntar kamu sakit. Tangan kamu juga dingin banget, kaya mayat idup aja”
“Udah gak papa kok, kamu pergi gie!”
“ya udah, aku pergi tapi kamu hati-hati ya di rumah, jangan kemana-mana dan jangan buka pintu kalau bukan aku yang datang.”
“Iya.”
‘Kayanya ini deh, rumahnya. Rumah tingkat warna hijau… bener, ini pasti rumahnya, tapi kok banyak orang ya?’ batinku
Aku pun mendekati gerbang pintu rumahnya dan kulihat ada seorang penjaga “maaf pak! mamah-nya Tarra ada?” tanya ku pada penjaga itu
“ada, ada neng. Masuk aja…” mempersilahkan masuk
“Iya, makasih” berjalan masuk
Aku pun mendekati gerbang pintu rumahnya dan kulihat ada seorang penjaga “maaf pak! mamah-nya Tarra ada?” tanya ku pada penjaga itu
“ada, ada neng. Masuk aja…” mempersilahkan masuk
“Iya, makasih” berjalan masuk
aku heran melihat banyaknya rangkaian bunga duka cita,
‘siapa yang meninggal, kok banyak bunga duka cita?’
Di depan pintu terlihat seorang laki-laki tengah menangis, aku pun mencoba bertanya “maaf pak, mamahnya Tarra ada?” tanyaku pada laki-laki itu
“Ada, mari saya antar” sembari menahan isak tangis. Lalu laki-laki itu menghampiri seorang ibu yang ternyata itu adalah mamahnya Tarra Ia pun mendekati dan menghampiri ku, dengan wajah yang masih terlihat kalau dia habis menangis.
“Silahkan duduk, ade siapa?” dengan nada serak suara tangis
“Maaf tante, saya ganggu… saya temannya Tarra, kemarin saya ketemu Tarra dan Tarra menitipkan ini buat tante sebagai kado ulang tahun tante.” Menyodorkan sebuah kotak, tetapi ketika mendengar kata-kata itu tiba-tiba Ia menangis.
“Gak, mungkin Tarra sudah meninggal tiga hari yang lalu, dan mayatnya baru ditemukan polisi kemarin di danau, karena dia korban pembunuhan” jelas laki-laki yang ternyata adalah ayah Tarra
“Gak mungkin, itu mustahil… karana kemarin saya bertemu dengan Tarra dan dia menceritakan semuanya sama saya, bahkan tadi pagi saya masih bertemu dengannya, dia juga menginap di rumah saya. Mana mungkin dia sudah gak ada”
mamah Tarra terus menangis tanpa berkata apapun Ia menuntunku ke tempat yang membuat aku terdiam, kaget dan tak dapat berkata apa-apa, aku gak percaya sama apa yang aku lihat ternyata yang terbujur kaku, tak berdaya di depan ku adalah jasad TARRA
‘siapa yang meninggal, kok banyak bunga duka cita?’
Di depan pintu terlihat seorang laki-laki tengah menangis, aku pun mencoba bertanya “maaf pak, mamahnya Tarra ada?” tanyaku pada laki-laki itu
“Ada, mari saya antar” sembari menahan isak tangis. Lalu laki-laki itu menghampiri seorang ibu yang ternyata itu adalah mamahnya Tarra Ia pun mendekati dan menghampiri ku, dengan wajah yang masih terlihat kalau dia habis menangis.
“Silahkan duduk, ade siapa?” dengan nada serak suara tangis
“Maaf tante, saya ganggu… saya temannya Tarra, kemarin saya ketemu Tarra dan Tarra menitipkan ini buat tante sebagai kado ulang tahun tante.” Menyodorkan sebuah kotak, tetapi ketika mendengar kata-kata itu tiba-tiba Ia menangis.
“Gak, mungkin Tarra sudah meninggal tiga hari yang lalu, dan mayatnya baru ditemukan polisi kemarin di danau, karena dia korban pembunuhan” jelas laki-laki yang ternyata adalah ayah Tarra
“Gak mungkin, itu mustahil… karana kemarin saya bertemu dengan Tarra dan dia menceritakan semuanya sama saya, bahkan tadi pagi saya masih bertemu dengannya, dia juga menginap di rumah saya. Mana mungkin dia sudah gak ada”
mamah Tarra terus menangis tanpa berkata apapun Ia menuntunku ke tempat yang membuat aku terdiam, kaget dan tak dapat berkata apa-apa, aku gak percaya sama apa yang aku lihat ternyata yang terbujur kaku, tak berdaya di depan ku adalah jasad TARRA
JADWAL PELAKSANAAN UN 2014 SMP/MTs
No
|
Hari dan Tanggal
|
Jam
|
Mata Ujian
| |
UN
|
UN Susulan
| |||
1
|
Senin, 5 Mei 2014
|
Senin, 12 Mei 2014
|
07.30-09.30
|
Bahasa Indonesia
|
2
|
Selasa, 6 Mei 2014
|
Selasa, 13 Mei 2014
|
07.30-09.30
|
Matematika
|
3
|
Rabu, 7 Mei 2014
|
Rabu, 14 Mei 2014
|
07.30-09.30
|
Bahasa Inggris
|
4
|
Kamis, 8 Mei 2014
|
Jumat, 16 Mei 2014
|
07.30-09.30
|
Ilmu Pengetahuan Alam
|
KRITERIA KELULUSAN
LULUS UJIAN SEKOLAH
LULUS UJIAN NASIONAL
Langganan:
Postingan (Atom)